Mengenal Yayasan Qahal, Pembagi 'Nasi Anjing' yang Jadi Polemik

27 April 2020 13:41 WIB
comment
97
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyelidikan nasi bungkus dengan tulisan nasi anjing yang hebohkan warga Tanjung Priok. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Penyelidikan nasi bungkus dengan tulisan nasi anjing yang hebohkan warga Tanjung Priok. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pembagian 'Nasi Anjing' di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, sempat menulai polemik karena nasi bungkus itu dikira berisi daging anjing. Pembagian 'Nasi Anjing' ini diinisiasi oleh Yayasan Qahal Family.
ADVERTISEMENT
Yayasan Qahal bergerak di berbagai kegiatan sosial. Mereka banyak terlibat dalam membantu warga yang tengah diterpa bencana.
Kali ini, Yayasan Qahal juga ikut ambil bagian dalam membantu membagikan makanan kepada warga Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang terdampak wabah virus corona. Tapi, kali ini, ada anggota yang berinisiatif mengganti logo dengan gambar anjing. Namanya pun menjadi 'Nasi Anjing'.
Ilustrasi memasak nasi Jepang Foto: dok.shutterstock
"Setahu kita kan, hewan yang setia itu anjing. Sebenarnya kita mau menginspirasi orang-orang yang mampu, orang yang dalam level punya uang, yuk jadi bangsa yang setia ini,” kata Koordinator Lapangan Yayasan Qahal, Nita, saat dihubungi kumparan, Senin (27/4).
Selain itu, penamaan 'Nasi Anjing' hanya untuk membedakan ukuran makanan yang dibagikan. Ukuran nasi bungkus ini lebih besar daripada nasi kucing -- yang isinya memang sedikit -- yang telah populer sejak dulu.
ADVERTISEMENT
"Jadi kita bagiin. Pas bagiin orang tanya, ini nasi anjing? [Kami jelaskan] ini ada nasi kucing, ada nasi anjing, porsinya lebih besar. Mereka enggak marah," ungkap dia.
Nita memastikan nasi bungkus yang dibagikan bukan berisi daging anjing atau nasi untuk anjing.
"Kita sudah bagikan hari keenam kemarin. Kemarin itu udah beli bahan, cumi gitu. Kita masak," tambah dia.
Polemik 'Nasi Anjing' ini cukup membuat banyak anak binaan Yayasan Qahal terkejut. Nita menyebut, banyak anak binaannya yang menghubunginya memberikan dukungan dan kekuatan untuk tetap terus membantu warga.
"Saya binaaan anak muslim itu 3.000-an. Mereka sangat sayang sama saya. Jadi mereka itu sampai detik ini WA saya, mereka tahu kita ini enggak aneh-aneh," tutur Nita.
ADVERTISEMENT
"Mereka tahu sudah 4 tahun layani mereka, sekolahin mereka, bimbel, mereka udah saya anggap anak sendiri. Kita samperin pas COVID-19 anak-anak kita, yang di kolong jembatan, di mana-mana," tambah Nita.
Nita menjelaskan, kegiatan Yayasan Qahal tidak hanya dilakukan saat wabah virus corona saja. Mereka juga kerap hadir membantu warga korban bencana.
"Kayak dulu waktu gempa Yogyakarta kita turun juga, buka dapur umum. Lalu (saat wabah) COVID-19 ini kita bergerak. Saya pun ngirim APD ke beberapa kota. Waktu kerusuhan kemarin di Bawaslu, kami beri bantuan vitamin, air, dan buah-buah ke polisi. Jadi kita hari ini apa yang bisa kita lakukan," jelas Nita.

Yayasan Tidak di Bawah Gereja

Dari akun facebook Yayasan Qahal Family, terdapat berbagai foto kegiatan mereka dengan warga. Kegiatan banyak melibatkan anak-anak usia sekolah.
ADVERTISEMENT
Mereka juga menggelar beragam acara ngabuburit dengan jumlah ramaja dan anak-anak muda di sejumlah kota.
Selain itu, banyak juga foto-foto kegiatan peribadatan gereja yang diunggah di Facebook mereka.
Sementara itu, bila membuka mesin pencari google, banyak artikel yang menuliskan bahwa kata Qahal berasal dari bahasa Ibrani, merupakan kata yang dipakai untuk 'gereja' di dalam Perjanjian Lama.
Namun, Nita membantah Yayasan Qahal Family berada di bawah gereja. Nita menyebut, kegiatan yang dilakukan independen.
"Enggak, kita yayasan. Kita enggak bergerak di bawah gereja mana pun. Kita komunitas yang bergerak sendiri, seperti itu tadi bergerak membantu," ungkap Nita.
Nita menjelaskan, Yayasan Qahal beranggotakan orang dari berbagai latar belakang agama. Ada yang beragama Kristen, Islam, dan Buddha. Setiap ada hal yang harus dibantu, semua akan turun tangan membantu.
ADVERTISEMENT
"Kalau mau saya jelaskan, kami itu keluarga Qahal enggak cuma orang Kristen, enggak cuma Nasrani, tapi juga ada Buddha, mayoritasnya malah orang muslim. Kalau mereka ada apa, sakit, misalnya, kita bantu. Tapi mereka tetap muslim, kita tidak pernah mengkristenkan mereka. Komunitas kita namanya Qahal, tapi di dalammya ada berbagai macam agama," tutur Nita.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.