Menghadapi COVID-19 dengan Rasa Tenang Berkat Solidaritas Sesama
ADVERTISEMENT
Kaget dan lemas, itulah yang dirasakan saat mendengar penjelasan petugas medis ketika saya dinyatakan reaktif COVID-19 usai menjalani rapid test antigen di salah satu rumah sakit di Jakarta, pada Rabu (3/2).
ADVERTISEMENT
Awalnya, saya tidak merasakan gejala sama sekali, tapi rasa panik membuat gejala terasa, salah satunya kemampuan indera penciuman menghilang sedikit demi sedikit.
Untuk memastikan lebih lanjut soal infeksi virus corona , saya melakukan tes PCR dua hari berikutnya, dan benar hasilnya positif COVID-19.
Ucapan semangat dari keluarga, rekan kantor, dan teman-teman terus berdatangan. Tak hanya itu, resep obat dan makanan dari mereka juga ikut memenuhi pesan WhatsApp.
Kepedulian orang-orang sangat terasa, setiap pagi tidur saya dibangunkan teriakan teman kosan yang menawarkan makan. Atau suara telepon dari kurir yang mengantar pesanan makanan dari teman atau rekan kerja.
Dalam menjalani isolasi mandiri, saya memilih tetap tinggal di kamar kosan yang berada di Pasar Minggu, Jakarta selatan. Meskipun saat itu kantor menawarkan isolasi di Wisma Atlet Kemayoran.
Ruangan kamar kos berukuran 3x4 meter saya pilih sebagai tempat isolasi agar leluasa beraktivitas yang bisa meningkatkan mood dan imunitas, seperti menonton film atau bermain musik dengan volume keras.
ADVERTISEMENT
Isolasi di kosan dipilih juga karena teman-teman kos mengizinkan saya, dengan syarat aturan yang ketat.
Saya memahami ketika rasa panik membuat gejala terasa; kemudian berpikir sebaliknya; rasa tenang dan bahagia juga akan menghilangkan gejala dan membuat saya sembuh.
COVID-19 memang benar adanya, tapi bisa dilawan dengan solidaritas yang membuat semua tenang dan bahagia.
Semoga kisah saya ini memberi semangat kepada masyarakat untuk terus melawan pandemi COVID-19 dengan disiplin protokol kesehatan.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona .
ADVERTISEMENT