Mengingat Kembali Anjloknya Suara Jokowi di Sumbar pada Pilpres 2014 dan 2019
ADVERTISEMENT
Sumatera Barat (Sumbar ) bukanlah lumbung suara PDIP. Dalam sejumlah kontestasi pemilihan legislatif, kader PDIP yang berhasil lolos ke Senayan dapat dihitung dengan jari. Itu pula yang menyebabkan PDIP tak pernah bisa mengusung cagubnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bahkan sampai mempertanyakan hal tersebut. Dia menduga warga Sumbar belum menyukai PDIP.
"Kalau saya melihat, seperti Sumatera Barat, itu saya pikir 'kenapa, ya, rakyat di Sumatera Barat itu sepertinya belum menyukai PDIP meskipun sudah ada beberapa daerah yang mau, yang meminta, katakan sudah ada DPC-nya, DPD-nya'. Tapi kalau untuk mencari pemimpin di daerah tersebut mengapa, kok, masih agak sulit," kata Megawati, Rabu (2/9).
Dalam Pilkada 2020, PDIP mengusung kader Partai Demokrat, Mulyadi, sebagai calon Gubernur Sumatera Barat di Pilkada 2020. Mulyadi berpasangan dengan Ali Mukhni, eks DPW PAN Sumatera Barat, yang kini menjabat Bupati Padang Pariaman.
Dalam kontestasi Pilpres, suara PDIP di Sumbar juga anjlok. Hal ini dapat dilihat dari data perolehan suara antara Jokowi versus Prabowo di 2014 dan 2019.
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa datanya?
Pada tahun 2014, PDIP mengusung pasangan Jokowi-JK. PDIP mengusung keduanya bersama PKB, Hanura, dan PKPI. Sementara lawannya adalah Prabowo-Hatta Rajasa. Dalam kontestasi itu, Jokowi berhasil memenangkan suara nasional sebesar 53,15 persen.
Meski secara nasional menang, suara Jokowi di Sumbar pada tahun 2014 hanyalah 23,08 persen. Dari 34 provinsi, Sumbar adalah provinsi dengan perolehan suara terkecil.
Datanya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Kecilnya suara Jokowi di Sumbar tak banyak berubah saat Pilpres 2019. Kali ini, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin. Sementara lawannya adalah Prabowo-Sandi.
Kehadiran Ma'ruf pun rupanya tak bisa menarik hati warga Sumbar. Alih-alih meningkat, suara Jokowi pada Pilpres 2019 justru semakin memburuk. Warga Sumbar yang memilih Jokowi turun menjadi 14,08 persen.
ADVERTISEMENT
****