Menguak Misteri 57 Pelaut Argentina yang Terkena Corona di Gerbang Kutub Selatan

3 Agustus 2020 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelabuhan di Ushuaia, Argentina. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pelabuhan di Ushuaia, Argentina. Foto: Pixabay
Medio Juli lalu, Argentina gempar karena 57 dari 61 pelaut mereka yang berlayar dengan kapal penangkap ikan Echizen Maru terjangkit virus corona di tengah samudra.
Aroma misteri menyeruak karena seluruh pelaut tersebut telah menjalani tes swab corona dengan hasil negatif sebelum mengangkat sauh. Dan selama dua pekan lebih melaut, mereka tidak berhubungan dengan orang darat. Jadi, dari mana virus corona itu datang?
“Sulit untuk mengetahui dengan cara apa para pelaut itu terinfeksi karena mereka tidak melakukan kontak dengan daratan. Semua pasokan logistik dibawa dari pelabuhan Ushuaia,” kata Alejandro Alfaro, direktur perawatan medis utama di Tierra del Fuego, provinsi paling selatan di Argentina.
Ushuaia yang bermakna “ujung dunia” ialah kota paling selatan di bumi. Ia terletak di bukit yang curam, berbatasan dengan laut, dan dikitari pegunungan. Ibu kota Tierra del Fuego itu kerap menjadi gerbang ke Antarktika—benua di Kutub Selatan. Itu sebabnya Ushuaia amat populer sebagai titik awal bagi ekspedisi Antartika.
Dari kota itulah Echizen Maru berlayar pada 23 Juni. Selama dua minggu lebih kemudian, ia tak pernah berdekatan dengan kapal-kapal lain. Jarak minimumnya dengan kapal lain ialah 4 kilometer.
Kapal penangkap ikan Echizen Maru. Foto: Wikimedia
Juan Valiente, salah satu pelaut Echizen Maru yang terjangkit corona, menceritakan kepada radio lokal di Ushuaia bahwa ia dan rekan-rekannya telah mematuhi protokol kesehatan.
“Kami datang ke Ushuaia pada 23 Mei dengan hasil tes swab negatif di Buenos Aires. Kami menempuh perjalanan ke Ushuaia dan menghabiskan masa karantina dua minggu di sana,” ujar Valiente seperti dilansir Web24 News.
Pada 23 Juni ketika Echizen Maru baru saja meninggalkan Ushuaia, salah satu krunya mulai menunjukkan gejala sakit. Namun, ia ternyata tak terkena corona di kemudian hari seperti kawan-kawannya.
Beberapa kru yang terjangkit nyaris yakin tak ada yang lolos dari corona di kapal itu. Virus lambat laun menyebar ke seisi kapal. Simtom corona terlihat di sana sini.
“Saya terserang sakit kepala hebat, pegal-pegal, kehilangan kemampuan membaui dan merasa, konjungtivis, serta batuk kering,” ujar salah seorang pelaut.
Nelson Ledesma Chávez, kru lain, semula menduga seisi kapal terkena corona. “Saya seperti sekarat. Dokter di kapal juga terinfeksi.”
Dengan virus corona mencengkeram kapal, nakhoda pun memutuskan untuk kembali ke Ushuaia lebih cepat. Mereka merapat ke dermaga pada 11 Juli dari jadwal semula di 20 Juli.
Ushuaia, Argentina. Foto: Pixabay

Kepingan Teka-teki

Máximo Ramón Cardozo ialah seorang pengrajin berusia 79 tahun di Ushuaia. Sekitar pertengahan Maret 2020, ia menempuh perjalanan ke Salta, kota kelahirannya di utara Argentina yang berjarak 3.000 kilometer lebih dari Ushuaia. Di sana, ia berziarah ke makam ayahnya.
Namun kemudian, Cardozo kesulitan untuk kembali ke Ushuaia karena kekurangan uang dan terhalang pandemi. Pada 24 Maret, ia terlihat duduk tak berdaya di sebuah stasiun di Salta. Ia berada di sana berhari-hari.
Penampilannya yang mengenaskan membuat seseorang terenyuh. Ia memvideokan Cardozo via ponsel dan menyebarkan video itu dengan harapan ada orang lain tergerak untuk membantu lelaki tua tersebut.
“Saya berasal dari Salta tapi bekerja di Ushuaia. Saya tak punya keluarga di sini maupun di sana,” kata Cardozo dengan putus asa, seperti dikutip dari Prensa Libre.
Dua bulan setelahnya, Cardozo berhasil keluar dari Salta ke Buenos Aires dan akhirnya tiba di Ushuaia pada 23 Mei dengan menumpang pesawat repatriasi. Dua hari kemudian, 25 Mei, ia jatuh sakit dan kesulitan bernapas sehingga harus dirawat di rumah sakit. Hasil tes swab menunjukkan ia terjangkit virus corona. Ia akhirnya meninggal.
Yang baru diketahui kemudian: Cardozo ternyata sepesawat dengan beberapa kru kapal Echizen Maru. Mereka sama-sama menumpang pesawat Aerolínas dari Buenos Aires ke Ushuaia pada 23 Mei.
Penerbangan dari Buenos Aires ke Ushuaia. Foto: Google Maps
Perjalanan Buenos Aires-Ushuaia dalam pesawat selama hampir empat jam inilah yang kemudian diduga menjadi alasan di balik misteri terjangkitnya para kru Echizen Maru oleh virus corona saat sedang berlayar.
Dugaan itu sesungguhnya belum sepenuhnya memecahkan misteri, dan justru menambah tanda tanya. Sebabnya, jarak antara tanggal 23 Mei (saat Cardozo dan beberapa kru Echizen Maru terbang dari Buenos Aires ke Ushuaia) dan 23 Juni (saat kapal Echizen Maru mulai berlayar) terhitung jauh, yakni 31 hari. Sementara masa inkubasi virus corona umumnya antara 1–14 hari, tak sampai sebulan.
Maka seharusnya, bila beberapa kru Echizen Maru tertular corona dari Cardozo, mereka sudah menunjukkan gejala saat menjalani karantina di hotel Ushuaia. Namun, yang terjadi tidak seperti itu—meski ada alasan logis lainnya, yakni: mereka telah menjadi carrier virus corona namun tak menyadarinya karena tak bergejala (di Indonesia, kita pernah mengenalnya dengan istilah OTG alias orang tanpa gejala).
Kemungkinan tanpa gejala ini juga menjadi dugaan Alejandro Alfaro. Terlebih, menurut direktur perawatan medis itu, fisik para pelaut biasanya tangguh dan adaptif. Jadi bisa saja mereka selama beberapa waktu merasa tak nyaman tanpa mengenali bahwa itu gejala sakit.
Mungkin juga periode karantina dua minggu ternyata tak cukup karena sejumlah penelitian menunjukkan adanya kasus-kasus langka—1 dari 100 kejadian—ketika periode inkubasi berlangsung lebih dari 14 hari.
“Periode inkubasi selama ini (lebih dari sebulan) belum pernah dijelaskan di mana pun,” kata Dr. Leandro Ballatore, Kepala Departemen penyakit Menular di Rumah Sakit Regional Ushuaia, kepada AFP.
Otoritas Argentina masih berupaya menjawab soal masa inkubasi di antara para pelaut Echizen Maru itu.

Dari Argentina ke Alaska

Ilustrasi. Foto: Pixabay
Di belahan bumi utara, kapal penangkap ikan American Triumph mengangkat sauh di Oregon pada 27 Juni untuk berlayar ke Alaska dengan 119 kru. Namun setelah dua minggu melaut, tujuh awak kapal menunjukkan simtom corona.
Setibanya di Alaska, mereka yang bergejala menjalani tes corona. Hasilnya: enam dari tujuh kru itu positif terjangkit virus corona.
Tes kemudian dilakukan kepada seluruh awak kapal. Hasilnya: 79 orang lainnya juga positif corona. Maka, total kru American Triumph yang terjangkit berjumlah 85 orang.
Polar Journal melansir, perusahaan pemilik kapal mengatakan telah memeriksa para kru sebelum berlayar, dan tak ada di antara mereka yang menunjukkan gejala corona. Hasil tes swab mereka di Oregon seluruhnya negatif. Semua awak kapal juga sudah melakukan karantina dua minggu penuh.
“Kami tahu virus ini sangat menular dan sulit untuk dideteksi. Seseorang bisa saja asimtomatik, mendapat hasil tes corona negatif, namun tetap terinfeksi beberapa hari kemudian,” kata Melanee Tiura, kepala klinik di Unalaska—pulau di lepas pantai Alaska.
Perairan Alaska dilintasi kapal American Triumph yang puluhan awaknya terjangkit corona. Foto: Shutterstock