Menkes: GeNose Jangan Hanya Ramai di Peluncuran tapi Malah Tak Terpakai

13 Januari 2021 16:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti menyambungkan kantong berisi hembusan nafasnya dengan alat GeNose C19 di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti menyambungkan kantong berisi hembusan nafasnya dengan alat GeNose C19 di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Peneliti Indonesia berhasil menemukan alat pendeteksi virus corona yang diberi nama GeNose. Teknologi buatan para peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) ini kini telah mengantongi izin edar dari Kemenkes.
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi pun tengah berupaya agar GeNose dapat terus bertahan dan dimanfaatkan lebih baik ke depannya dalam menangani pandemi corona. Melihat besarnya potensi GeNose, Kemenkes akan segera menyandingkannya dengan sejumlah mitra kesehatan tepercaya dalam proses produksi.
"Kali ini kita dengan GeNose, kita ingin pastikan jangan mengulangi kekurangan yang lalu, kalau bisa dirapikan, dicarikan mitra-mitra yang bisa membuat profesional supaya produksinya bagus, kita pastikan begitu kita pakai ada mekanisme feedback untuk improvement dari produknya," ujar Budi dalam rapat kerja bersama komisi IX DPR, Rabu (13/1).
"Supaya jangan ramai di peluncuran nyatanya tak terpakai, banyak sekali (alat) yang seperti itu dan tidak bisa berkompetisi dengan produk lain," sambungnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Budi Gunadi khawatir, ketidaksiapan produsen GeNose malah menjadi penghambat. Sehingga menurutnya, perlu adanya pendampingan dalam proses produksi agar mampu memenuhi kebutuhan pasar.
ADVERTISEMENT
"Isunya kadang alat ini begitu dipindahkan dari research and development ke production enggak mulus produksinya, atau kurang mampu, misalnya pesan 100, kapasitas produksinya enggak mampu, jadi memang harus didampingi dengan perusahaan-perusahaan produsen yang mampu untuk produksi secara massal," beber Budi Gunadi.
Ia memastikan dukungan penuh Kemenkes terhadap GeNose sejalan dengan perintah Presiden Jokowi agar Indonesia dapat mandiri dalam bidang kesehatan.
"Karena pesan Pak Presiden memastikan health security terjadi, salah satu komponennya health resilience, artinya kita jangan terlalu bergantung dengan luar, termasuk alkes," ucap Budi Gunadi.
GeNose, alat pendeteksi COVID-19 buatan UGM. Foto: Dok: UGM
Budi Gunadi berharap masukan dari sejumlah pihak untuk GeNose bertujuan baik. Sehingga nantinya GeNose dapat hadir sebagai alat kesehatan dalam negeri yang terjangkau namun kualitasnya tak kalah dengan alkes impor.
ADVERTISEMENT
"Kami juga lihat ada banyak masukan dari pengguna, dokter dan RS yang mungkin setelah saya lihat pengalaman di ventilator tidak cepat di-recycle untuk perbaiki produknya akhirnya tidak terpakai full. Tugas kami adalah health security, health resiliency itu memang kami akan melakukan afirmative action untuk memastikan produk dalam negeri ini bisa mendapat tempat yang baik," tegas Budi.
GeNose bekerja dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi corona yang keluar bersama embusan napas ke dalam kantong khusus.
Inventor GeNose adalah Profesor Kuwat Triyana. Dalam penemuan ini, Kuwat dibantu tim yang terdiri dari para peneliti handal lainnya di UGM, seperti Dian Kesumapramudya Nurputra.