Menkes: Jokowi Ingin Turunkan Angka Stunting Anak dari 24,4% Jadi 14% di 2024

11 Januari 2022 13:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko PMK Muhadjir Effendy Didampingi Kapolri, Menkes, dan Menhub saat meninjau pelaksanaan Operasi Lilin di Pelabuhan Merak. Foto: Humas Kemenko PMK
zoom-in-whitePerbesar
Menko PMK Muhadjir Effendy Didampingi Kapolri, Menkes, dan Menhub saat meninjau pelaksanaan Operasi Lilin di Pelabuhan Merak. Foto: Humas Kemenko PMK
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Jokowi bersama para menteri menggelar rapat terbatas terkait ‘Strategi Percepatan Penurunan Stunting’ di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (11/1).
ADVERTISEMENT
Setelah rapat, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan arahan Jokowi. Menurutnya, Jokowi ingin angka stunting di Indonesia pada 2024 diturunkan dengan target yang jelas.
“Tadi Bapak Presiden memberikan target yang jelas yaitu menurunkan stunting kita per tahun 2021 ini kan ada di angka 24,4 persen, beliau mengharapkan bisa mencapai angka 14 persen di tahun 2024,” kata Budi dalam konferensi pers.
Atas dasar itu, Budi menambahkan, harus ada penurunan 2,7 persen per tahun untuk mencapai target tersebut. Bahkan, Jokowi meminta agar tahun ini penurunan stunting bisa mencapai 3 persen. Nantinya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo akan mengkoordinasikan menteri terkait.
“Semua ini Pak Kepala BKKBN yang pegang untuk mengorkestrasikan karena kalau gak salah tadi ada 15 K/L yang bergerak melakukan program intervensi ini,” ucap Budi.
ADVERTISEMENT
Eks Wamen BUMN ini mengatakan, untuk menurunkan stunting 30 persen, bergantung pada intervensi gizi spesifik, 70 persen bergantung pada intervensi gizi sensitif. Kemudian ada Kemenkes pada intervensi spesifik dan BKKBN pada intervensi sensitif.
Presiden Joko Widodo menyampaikan konferensi pers soal IUP, HGU, HGB di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (6/1/2022). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Dalam intervensi gizi spesifik, ada dua penyebab utamanya mengapa stunting tinggi di Indonesia. Pertama adalah intervensi spesifik sebelum lahir berkontribusi 23 persen dan kedua intervensi setelah lahir.
“Setelah lahir kita amati kenaikan paling tinggi sesudah menyusui, setelah menyusui masih bagus, begitu selesai asi dia kan harus dikasih makanan tambahan, di situ banyak meleset. Banyak kekurangannya, sehingga stuntingnya naik lagi ke atas. Nah, dua titik lemah inilah yang kita fokuskan diintervensi spesifik yang menjadi tanggungjawab Kemenkes,” tegas Budi.
Seorang bidan memeriksa berat badan anak-anak di Desa Bokong, berat badan menjadi salah satu tolak ukur seorang anak mengalami gizi buruk. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Berdasarkan paparan Menkes Budi, Intervensi gizi spesifik adalah yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum masa kehamilan (Remaja Putri).
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Intervensi spesifik bersifat jangka pendek, hasilnya dapat dicatat dalam waktu relatif pendek.
Sementara Intervensi gizi spesifik yang ditujukan melalui kontribusi 70% berbagai kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan dan merupakan kerja sama lintas sektor. Sasarannya adalah masyarakat secara umum di fokus tertentu tidak khusus untuk 1.000 HPK.