Menkes soal Vaksin Dijual: Vaksinasi Gotong Royong Tak Sesukses yang Dipikirkan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal ini berarti vaksin corona yang semula disediakan perusahaan lewat vaksinasi gotong royong, kini bisa diakses oleh individu.
"Vaksin Gotong Royong memang waktu itu dibuat karena prinsipnya pemerintah dinilai akan kurang gesit dibanding swasta. Yang kedua, vaksin Gotong Royong ini pure business to business, jadi dikelola BUMN Kimia Farma, produsennya kami enggak terlibat. Kemudian dijual juga Bio Farma waktu itu keputusannya lewat Kadin," kata Budi dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR, Selasa (13/7).
Sementara itu, Budi menyebut pemerintah hanya terlibat dalam pengawasan vaksinasi serta memastikan ketersediannya. Sementara negosiasi dilakukan oleh Kadin.
"Kenapa bisa? Karena awalnya kita memang mendorong vaksinasi swasta bisa cepat, jujur GDP kita paling besar di swasta. Perputaran ekonomi banyak di swasta. Jadi swasta harus bantu biar cepat," tutur dia.
Akan tetapi, Budi mengakui pelaksanaan vaksinasi Gotong Royong di lapangan nyatanya tidak sesukses yang diperkirakan. Sehingga, muncul dorongan agar vaksin Gotong Royong dapat diakses secara individu.
ADVERTISEMENT
"Ternyata jalannya enggak sebagus yang dipikirkan. Jadi ada ide dari teman-teman, gimana caranya supaya bisa sesuai rencana. Ya salah satu itu, ‘ya sudah individu aja karena perusahaan jalannya ribet’. Itu yang terjadi," ungkap Budi.
"Ya sudah kami Kemenkes gimana caranya daya ungkit pilar ketiga ini semua pemerintah TNI, Polri, swasta bisa bantu. Kalau kita enggak minta bantuan swasta maka akan sulit mengakselerasi," lanjut dia.
Kemenkes sebelumnya telah memastikan pelaksanaan vaksin berbayar ini tidak akan mengganggu vaksin program pemerintah. Sebab, mulai dari jenis vaksin, faskes, dan nakes akan berbeda.