Menkes Ungkap Omicron Sudah Tak Bisa Ditahan, Kini Kasus Corona 2.000 per Hari

21 Januari 2022 16:39 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) meninjau vaksinasi di Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (22/1/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) meninjau vaksinasi di Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jumat (22/1/2022). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa lonjakan kasus virus corona varian Omicron sudah tak tertahankan. Dari hari ke hari, diakuinya kasus terus bertambah.
ADVERTISEMENT
"Sekarang masuk Omicron, sudah naik belum? Sudah. Kita biasanya 200-300 sehari sekarang sudah 2.000 per hari. Saya juga ditanya ini mesti ngapain? Saya bilang teman-teman Omicron ini sudah pasti nggak bisa ketahan. Kita berusaha menahan akhirnya masuk, kita negara rangking nomor 100 yang masuk Omicron," ujar Budi saat meninjau vaksinasi di Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, DIY, Jumat (21/1).
Apa yang terjadi di Indonesia saat ini, menurut Budi tidak terlalu buruk untuk negara berkembang. Terlebih pihaknya melakukan karantina ketat pada orang yang datang dari luar negeri. Meski kebijakan tersebut juga tak lepas dari bully di media sosial.
"Terima kasih Polri TNI walaupun dibully terus karena karantina kita ketat dibully terus di sosial media. Kita bilang nggak papa lah dibully kita mau lindungi rakyat dibully nggak papa," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, Budi bercerita kebijakan yang ketat ini sempat membuat banyak orang kaya di Jakarta menjadi kesal. Ketika pulang dari luar negeri, mereka mau tidak mau harus karantina selama 10 hari.
"Karena banyak orang kaya Jakarta kan pulang (dari luar negeri) jadi kesal karena harus suruh 10 hari di situ," katanya.
Namun bagaimanapun, kebijakan yang ketat itu nyatanya belum bisa mencegah Indonesia nol kasus dari Omicron. Bahkan transmisi lokal pun kini telah terjadi.
"Tapi akhirnya masuk, sekarang sudah masuk di Jakarta per kemarin saya lihat Jakarta, Banten, Bandung, Surabaya dan mungkin sedikit di Bali. Kenyataannya apa? Kenyataannya sudah masuk. Kalau sudah masuk yang penting kita tahu musuh kita seperti apa," bebernya.
ADVERTISEMENT
Lalu musuh yang seperti apa Omicron ini? Budi menjelaskan Omicron memiliki karakter penyebaran yang cepat dan tinggi. Jika Delta butuh 3 sampai 4 bulan untuk mencapai puncak penyebaran, Omicron ini hanya butuh 30 sampai 40 hari dari pertama masuk.
"Dan kalau delta puncaknya misalnya 100 (kasus harian) ini puncaknya bisa 1000-10 ribu. Jadi yang saya minta ke teman-teman di sini jaga komunikasi dengan masyarakat. Saya rasa kalau kita jujur lebih baik dari pada menutup-nutupi. Saya bilang ini masuknya cepat naiknya tinggi," katanya.
"Cuma bagusnya apa, turunnya juga cepet, yang masuk rumah sakit dan wafat rendah," lanjutnya.
Tingkat keparahan kasus juga tidak terlampau tinggi menurut Budi. Dari 1.000 yang terpapar Omicron tidak ada yang sampai membutuhkan ventilator. Tidak ada pula yang sampai membutuhkan HFNC.
ADVERTISEMENT
"Jadi hampir 60 50 persen tanpa gejala. Mungkin 30 persenan itu gejala ringan," bebernya.
Masyarakat pun diingatkan bahwa yang utama adalah protokol kesehatan. Terlebih saat ini Budi melihat mulai banyak yang mengendurkan prokes.
Kepada daerah juga diminta tidak usah takut untuk mengetes surveilans lebih banyak. Lantaran tingkat keparahan yang rendah maka jika ada yang terpapar bisa segera diminta isolasi. Dan yang terakhir percepatan vaksinasi.
"Nah saya pesan khusus kalau itu naiknya cepet dan nggak perlu rumah sakit makanya perlu strategi sosialisasi ke masyarakat ya stay di rumah kalau rumahnya baik, kalau nggak ditarik ke shelter biar nggak nularin," pungkasnya.