Menko PMK Kaget Tracer COVID-19 di Indonesia Cuma 5.000 Orang

12 Februari 2021 13:33 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Foto: Menko PMK
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy. Foto: Menko PMK
ADVERTISEMENT
Menko PMK Muhadjir Effendy mengaku kaget dengan jumlah tracer kasus COVID-19 yang sangat minim. Padahal di satu sisi ia meyakini bahwa testing dan tracing yang baik maka akan mampu menekan laju penularan COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Saya kaget waktu dapat laporan jumlah tracer kita tidak sampai 5 ribu seluruh Indonesia dan hampir 1.600 lebih ada di DKI. Jadi sebetulnya memang selama ini kalau dilihat dari jumlah tracernya, kita belum melakukan upaya 3T yang serius,” kata Muhadjir dalam rilisnya yang dikutip kumparan, Jumat (12/2).
Baru-baru ini, Kemenkes memang telah mengeluarkan kebijakan penguatan tracing menggunakan rapid test antigen. Positif melalui rapid test antigen sudah dianggap positif melalui tes PCR dan dicatat sebagai kasus konfirmasi.
Muhadjir berharap melalui kebijakan yang lebih mengedepankan pendekatan mikroskopik, terutama 3T, upaya penanganan COVID-19 dapat tertangani semakin baik. Namun ia meyakini bahwa tingkat penyebaran COVID-19 yang paling tinggi dan lebih banyak justru terjadi pada level komunitas termasuk dari lingkungan keluarga di rumah.
ADVERTISEMENT
“Saya yakin betul kalau 3T bisa kita lakukan sungguh-sungguh dan optimal, kita akan bisa mengatasi COVID-19 ini. Di samping juga tenaga tracer terus kita tingkatkan dan kita kerahkan semaksimal mungkin,” pungkas dia.
Kerja Sama dengan TNI/Polri
Menkes Budi Gunadi Sadikin juga telah menjalin kerja sama dengan TNI/Polri untuk memperbanyak tracer atau 'pemburu' kasus COVID-19. Untuk Polri, lebih dari 40 ribu orang anggota Bhabinkamtibmas sudah dilepas ke 98 kabupaten/kota.
Prajurit TNI juga akan dikerahkan untuk mencari kasus corona ringan maupun tanpa gejala. Kebutuhan Kemenkes adalah 80 ribu tracer untuk mempercepat penemuan kasus.
Dengan begitu, kasus diprediksi akan naik. Namun hal itu menurut Budi tidak perlu membuat panik, karena di sisi lain penularan bisa ditekan.
ADVERTISEMENT