Menlu AS Minta ASEAN Tekan Militer Myanmar Hentikan Kekerasan

14 Juli 2023 17:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menlu Amerika Serikat Antony J. Blinken mengikuti Pertemuan Ke-13 Menteri Luar Negeri KTT Asia Timur (EAS FMM) di Jakarta, Jumat (14/7/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Menlu Amerika Serikat Antony J. Blinken mengikuti Pertemuan Ke-13 Menteri Luar Negeri KTT Asia Timur (EAS FMM) di Jakarta, Jumat (14/7/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat (AS) menyerukan negara ASEAN agar bersama-sama mendesak diakhirinya pertumpahan darah akibat rezim militer di Myanmar.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Washington juga menyuarakan dukungannya terhadap pengimplementasian 5 Point Consensus (5PC) dan menjadikannya acuan untuk mengembalikan stabilitas di Myanmar.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam pidatonya saat membuka pertemuan ASEAN Post Ministerial Conference (PMC) yang dihelat di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, pada Jumat (14/7).
PMC merupakan bagian dari serangkaian acara 56th ASEAN Foreign Ministers Meeting (AMM) yang telah berlangsung sejak awal pekan ini di Jakarta.
Lebih lanjut, Blinken mengungkapkan keinginan AS untuk bekerja sama dengan ASEAN dalam mengatasi berbagai tantangan rumit yang tak hanya sebatas mempengaruhi Asia Tenggara, tetapi juga seluruh kawasan di dunia ini.
"Di Myanmar, kita harus menekan rezim militer untuk menghentikan kekerasan, menerapkan 5PC, dan mendukung kembalinya pemerintahan yang demokratis," kata Blinken.
ADVERTISEMENT
5PC merupakan resolusi perdamaian atas konflik di Myanmar yang disepakati oleh seluruh pemimpin negara ASEAN pada April 2021 di Jakarta.
5 konsensus pemimpin ASEAN soal penuntasan krisis Myanmar. Foto: Dok: ASEAN
Bulir pertama dalam resolusi tersebut dengan tegas menyerukan penghentian kekerasan dalam segala aspek — khususnya terhadap rakyat sipil.
Namun, sudah dua tahun berlalu sejak 5PC disetujui, sampai sekarang junta militer Myanmar belum menunjukkan komitmennya untuk memenuhi resolusi itu. Di bawah rezim militer yang tidak mengakui perbedaan pendapat, kematian ribuan jiwa menjadi konsekuensinya.
Blinken menambahkan, AS sebagai negara mitra ASEAN telah ikut berpartisipasi dalam meringankan penderitaan rakyat Myanmar.
Dia mengatakan, pada Kamis (13/7) kemarin AS telah mengumumkan pemberian bantuan kemanusiaan senilai lebih dari USD 74 juta (sekitar Rp 1,1 triliun) untuk Myanmar.
ADVERTISEMENT
"Hampir USD 61 juta (Rp 913 miliar) diberikan untuk membantu etnis Rohingya yang mengungsi akibat kekerasan yang sedang berlangsung di Myanmar," jelas Blinken.