Menperin soal Hubungan Dagang RI dengan Israel: Saya Tak Lihat Itu Kerja Sama
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski begitu, hubungan dagang antara Indonesia dan Israel tetap berjalan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang dikutip Selasa (18/5), neraca dagang Indonesia mencatatkan untung atau surplus USD 100,99 juta terhadap Israel selama 2020.
Surplus itu dari total ekspor selama tahun lalu yang sebesar USD 157,52 juta. Sedangkan impor mencapai USD 56,53 juta.
Selain itu, sejumlah barang industri turut diekspor seperti pakaian, aksesoris, hingga plastik ke Israel.
Ketika disinggung mengenai ekspor barang industri ke Israel, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan, Indonesia tidak melihat adanya kerja sama dengan Israel.
"Saya tidak melihat kita ada kerja sama dengan Israel. Saya tidak melihat," kata Agus menjawab pertanyaan wartawan, di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, Rabu (19/5).
ADVERTISEMENT
Hanya saja politikus Golkar itu enggan berbicara lebih lanjut soal hubungan dagang RI dengan Israel.
Berdasarkan data International Trade Center, produk unggulan Indonesia yang bernilai paling tinggi diekspor ke Israel pada 2020 ternyata merupakan kategori mesin dan perlengkapan elektris (kode HS 85 dalam ekspor-impor).
Nilai ekspor untuk produk tersebut mencapai USD 33,78 juta (sekitar Rp 482,28 miliar). Ekspor dengan nilai tinggi selanjutnya barulah lemak dan minyak hewani (kode HS 15) yang nilainya mencapai USD 29,09 juta (sekitar Rp 415,34 miliar).
Sementara untuk pakaian dan aksesoris, pakaian rajutan memiliki angka USD 4,6 juta. Kemudian untuk perabotan memiliki angka USD 4,1 juta.
Seperti diketahui, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel menyusul dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina dari jajahan Israel.
ADVERTISEMENT
Hal ini sesuai prinsip antiimperialisme Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan".