Menristek: 70% Pasien Corona di RSPAD Sembuh dengan Terapi Plasma Darah

23 September 2020 12:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kiri) di Kompleks Parlemen, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kiri) di Kompleks Parlemen, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Pasien yang sudah sembuh dari virus corona didorong untuk melakukan terapi plasma convalescent. Terapi ini menggunakan plasma darah pasien COVID-19 yang sudah sembuh, lalu didonorkan kepada pasien yang masih menjalani perawatan.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, terapi ini masih dilakukan secara terbatas, salah satunya di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta. Hasilnya, sebagian besar pasien corona yang mendapatkan antibodi dari plasma darah kondisinya membaik.
"Dari uji klinis tahap I yang terbatas di RSPAD, 70 persen berhasil sembuh," ucap Menristek Bambang Brodjonegoro dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (23/9).
Petugas medis memeriksa kantong berisi plasma konvalesen dari pasien sembuh COVID-19 di Unit Tranfusi Darah (UTD) RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, Selasa (18/8). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Bambang menjelaskan, terapi ini kebanyakan tidak berhasil pada pasien corona yang sudah kritis atau memiliki komorbid (penyakit penyerta).
"Tetapi pasien yang berkategori ringan, sedang, berat masih bisa menyelamatkan mereka dari keparahan yamg lebih tinggi. Mereka bisa sembuh dengan terapi ini," tutur dia.
Rencananya, terapi plasma darah ini sedang diupayakan untuk dikembangkan di kota-kota lainnya. Sehingga, Bambang berharap bisa meningkatkan tingkat kesembuhan dan mengurangi kematian pasien akibat COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Sedang dikembangkan lagi, sudah di berbagai RS di kota-kota lain di Indonesia. Harapannya bisa bantu kurangi tingkat kematian," tutup Bambang.
Terapi ini memanfaatkan antibodi SARS-CoV-2 -virus penyebab COVID-19-- di plasma pasien sembuh, kemudian didonorkan ke pasien yang masih dirawat. Pasien yang menerima donor ini diharapkan bisa terhindar dari serangan virus. Kemudian, bisa memperbaiki jaringan yang sudah rusak untuk kembali meningkatkan sistem imun.
Terapi plasma darah ini berhasil jika pendonornya dalam keadaan sehat, produknya baik, dan begitu juga kondisi penerima plasma yang stabil.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona