Menristek: Industri Harus Jaga Kualitas dan Akurasi GeNose Deteksi Corona

15 Januari 2021 15:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti menyambungkan kantong berisi hembusan nafasnya dengan alat GeNose C19 di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek Ali Ghufron Mukti menyambungkan kantong berisi hembusan nafasnya dengan alat GeNose C19 di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Penemuan alat pendeteksi virus corona dari UGM bernama GeNose, diharapkan bisa membantu menangani pandemi di Indonesia. Alat ini telah mengantongi izin edar dari Kemenkes.
ADVERTISEMENT
Melihat besarnya potensi GeNose, Menristek/ Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, meminta pihak industri yang dipercaya memproduksi GeNose untuk dapat menjaga kualitasnya. Menurutnya, kualitas itu akan berpengaruh pada langkah-langkah pemerintah mendeteksi corona hingga merawat pasien.
"Mohon kepada para industri akan terlibat untuk benar-benar menjaga kualitas dari produk yang nantinya akan menentukan distribusi ke masyarakat, mengingat akurasi dari alat ini akan sangat menentukan keberhasilan Program 4T (Testing, Tracing, Tracking dan Treatment)," ujar Bambang dalam webinar yang digelar secara virtual, Jumat (15/1).
Menristek Bambang Brodjonegoro (kiri) menyerahkan alat deteksi dini COVID-19 bernama GeNose C19 kepada Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko (tengah) di Gedung Binagraha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/1). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Tak hanya memastikan GeNose memenuhi kebutuhan pasar, Bambang juga menuntut pihak industri menekan kesalahan dalam proses produksi.
"Jadi jangan sampai alat tersebut kemudian entah karena kesalahan dalam produksi atau kesalahan dalam pemeliharaan kemudian memberikan hasil analisa yang salah, ini yang benar-benar harus diperhatikan," ucap Bambang.
Petugas mengoperasikan alat deteksi dini COVID-19 bernama GeNose C19 di Gedung Binagraha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (4/1). Foto: Sigid Kurniawan/ANTARA FOTO
Meski GeNose sudah siap edar, namun Bambang merasa masih diperlukan inovasi yang lebih dalam mengembangkan GeNose agar lebih baik lagi. Pengembangan ini, dipercaya Bambang dapat memperbaiki kemampuan testing dari alat uji tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saya tetap memberikan beberapa advice kepada pengembang dari GeNose pertama dari sisi penelitian tentunya harus selalu dilakukan update apalagi yang digunakan adalah sistem artifisial intelijen atau machine learning yang artinya tingkat akurasi akan makin baik apabila terus dilakukan perbaikan pada software-nya maupun dengan menggunakan data yang lebih banyak yang menjadi input dari mesin tersebut," ungkap Bambang.
"Kita tidak boleh puas diri dengan hanya jenis GeNose yang keluar sekarang tapi harus terus dilakukan upgrade ya atau perbaikan," lanjut dia.
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
Bambang pun berharap kehadiran GeNose dapat menjadi jawaban penanganan corona di Tanah Air di tengah masih meningkatnya kasus penularan.
"Kita ingin agar alat ini bisa bermanfaat untuk mendorong Indonesia bisa menangani pandemi COVID-19 dengan lebih baik lagi," pungkas Bambang.
ADVERTISEMENT
Cara kerja GeNose dengan cara mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk karena adanya infeksi corona yang keluar bersama embusan napas ke dalam kantong khusus.
Inventor GeNose adalah Profesor Kuwat Triyana. Dalam penemuan ini, Kuwat dibantu tim yang terdiri dari para peneliti handal lainnya di UGM, seperti Dian Kesumapramudya Nurputra.