Menristek: Terapi Plasma Darah untuk Pasien Corona Bergejala Sedang
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dalam uji klinis fase 1 terbatas yang dilakukan di beberapa daerah, Bambang menuturkan para pasien corona yang menerima plasma darah tidak mengalami efek samping serius.
Namun, Bambang mengakui terapi ini kebanyakan tidak berhasil pada pasien corona yang sudah kritis atau memiliki komorbid (penyakit penyerta).
"Uji klinis itu tidak ditemukan efek samping serius dari terapi tersebut. Dan apabila ada kejadian kematian yang terjadi pada pasien yang sedang menjalani uji klinis tersebut, bukan karena kegagalan terapi, tapi karena penyakit bawaan yang sangat berat," ungkap Bambang usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi secara virtual, Senin (12/10).
Jika sebelumnya banyak ditujukan kepada pasien bergejala berat, maka kini Bambang merekomendasikan agar terapi ini sebaiknya diberikan kepada pasien bergejala sedang.
ADVERTISEMENT
"Rekomendasi dari uji klinis pertama yaitu, terapi ini sebaiknya diberikan kepada pasien kategori sedang. Jangan diberikan ke pasien berat. Jadi lebih early lebih baik, terutama untuk yang sedang," jelas dia.
Terapi convalescent ini memanfaatkan antibodi SARS-CoV-2 -virus penyebab COVID-19-- di plasma pasien sembuh, kemudian didonorkan ke pasien yang masih menjalani perawatan.
Pasien yang menerima donor ini diharapkan bisa terhindar dari serangan virus. Kemudian, bisa memperbaiki jaringan yang sudah rusak untuk kembali meningkatkan sistem imun.
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona