news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Menristek Ungkap Keunggulan GeNose Buatan UGM Dibanding Rapid Test dan PCR

24 September 2020 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
zoom-in-whitePerbesar
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
ADVERTISEMENT
Alat pendeteksi virus corona buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, sedang menjajaki uji klinis tahap dua. Sistem kerja alat ini dilakukan dengan cara mendeteksi virus melalui embusan napas seseorang.
ADVERTISEMENT
Penelitian hingga pendanaan uji klinis didukung oleh BIN, Polri, dan Kemristek/BRIN. Menurut Menristek, Bambang Brodjonegoro, GeNose akan lebih efektif lantaran sifatnya hampir sama dengan tes antigen PCR, yakni langsung menyasar virus.
"Kalau rapid test tentu masih ada komplikasi, karena ada darah yang diambil, invasif sifatnya, juga meski waktunya cepat, masih ada masalah pada efektivitas dan akurasinya," ujar Bambang dalam Serah Terima Alat GeNose (Teknologi Pengendus COVID-19) dari UGM dan Konsorsium kepada KemenristekBRIN di Kantor Kemristek, Kamis (24/9).
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro di Kompleks Parlemen, Selasa (26/11). Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Bambang menyebut, dalam uji klinis ini, setidaknya GeNose mampu ditargetkan mampu menjadi alat screening corona yang baik. Bambang mengakui GeNose belum bisa dijadikan goal standard pelacakan virus seperti PCR, namun, tak menutup kemungkinan nantinya bisa dikembangkan setara PCR.
ADVERTISEMENT
"PCR test, selain mahal, lama, dan memang PCR adalah goal standard. Karena itu, GeNose ini diharapkan dalam uji klinis nanti diupayakan sedekat mungkin dengan goal standard. Bahwa kita ingin jadikan goal standard, mungkin itu next step-nya. Tapi yang penting adalah, GeNose ini sedekat mungkin dengan PCR sebagai goal standard," tutur Bambang.
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
Teknologi GeNose oleh UGM. Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, GeNose diklaim mampu mendeteksi virus hanya dalam tiga menit, lebih cepat dibanding rapid test dan PCR. Setelah napas seseorang dikumpulkan di dalam kantong, alat elektronik dari Artificial Intelligence (AI) akan membaca karakter virus atau bakteri yang terkandung dalam napas tersebut.
Bahkan, jika dalam perkembangannya sudah setara PCR, GeNose akan memiliki banyak keunggulan ketimbang PCR test. Di antaranya, alatnya yang murah, hasilnya yang lebih cepat, dan tidak invasif (mempengaruhi jaringan tubuh pasien, seperti disuntik atau dimasukkan alat usap ke tenggorokan).
ADVERTISEMENT
"Karena banyak sekali keluhan, baik rapid test, apalagi PCR, memang harganya mahal, karena PCR selain butuh mesinnya, ada lab khusus yang harus dipakai," tutur Bambang.
"Kelebihan GeNose diharapkan hasilnya seakurat mungkin dibanding PCR, dia (GeNose), enggak butuh alat khusus, alatnya [1 unit] Rp 40 juta untuk 100 ribu pemeriksaan, Rp 40 juta jelas jauh di bawah RT PCR (mesin) yang harganya di atas Rp 1 miliar.
Untuk melihat keakuratan GeNose, rencananya, uji klinis tahap dua ini akan menargetkan 1.460 relawan. Kemristek akan mendukung uji klinis GeNose lewat pendanaan dan pelaksanaan. Alat ini diharapkan bisa dikomersialkan pada Desember 2020.
"Yang menarik dari pengembangan GeNose adalah penggunaan AI-nya, karena ketika embusan napas sudah dilakukan oleh manusia, maka tugas berikutnya adalah machine learning dari AI untuk membaca bagaimana embusan napas itu, bagaimana karakter embusan napasnya, apakah mengandung virus itu apa tidak," tutur Bambang.
ADVERTISEMENT