Menuju Lompatan Kelima, Satu Ekonomi

23 Oktober 2023 12:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Bacapres Anies Baswedan saat di acara Desak Anies Jogja di Eternity Coffee, Kabupaten Sleman, Minggu (22/10/2023). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bacapres Anies Baswedan saat di acara Desak Anies Jogja di Eternity Coffee, Kabupaten Sleman, Minggu (22/10/2023). Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan dinilai cukup berhasil membawa transformasi Jakarta. Lalu kini, apa gagasan Anies terhadap transformasi Indonesia?
ADVERTISEMENT
Di Oktober ini, umumnya, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda. Peringatan ini ditujukan untuk mengenang bagaimana para pemuda menyatukan bangsa-bangsa di wilayah Hindia Belanda (Indonesia kala itu) pada 1928 untuk menggunakan satu bahasa persatuan yakni bahasa Melayu.
Menurut Anies Baswedan, peristiwa Sumpah Pemuda merupakan satu lompatan besar bagi Indonesia. Pemersatuan bahasa ini menjadi fondasi proses persemaian ide tentang Indonesia dan identitas “Ke-Indonesia-an” di masa-masa setelah itu.
Gagasan “lompatan besar” (great leap) ini menjadi kompas bagi Anies dalam menggerakkan perubahan yang dimotorinya: lompatan besar yang sudah dicapai, dan lompatan besar berikutnya yang harus kita capai bersama.
Peristiwa Sumpah Pemuda di Oktober 1928 adalah yang pertama dari lompatan-lompatan besar yang turut membentuk Indonesia hingga hari ini, begitulah yang diutarakan Anies saat mengisi Kuliah Kebangsaan di FISIP Universitas Indonesia, Depok, Agustus lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam paparannya itu, Anies menyampaikan tentang empat milestone lompatan-lompatan besar yang pernah dicapai Indonesia selama ini, dan lompatan besar apa yang harus dicapai dalam beberapa tahun ke depan.
Pertama, Satu Bahasa. Dalam menggerakkan Sumpah Pemuda pada 1928, banyak tokoh muda yang hadir dan sadar arti pentingnya bahasa persatuan sebagai landasan persatuan Indonesia. Anies menilai itu sesuatu langkah yang jenius, terlebih bahasa Melayu yang dipilih sebagai bahasa persatuan.
Bahasa ini lumrah dipakai orang di Hindia-Belanda kala itu. Dan sekarang, meskipun sebagian besar masyarakat berbahasa Indonesia, itu tidak menghilangkan identitas keaslian masing-masing penuturnya. Untuk itu, Anies menyebutnya bahwa Indonesia ini bukan percampuran tapi persenyawaan.
Kedua, Satu Bangsa. Pada 1945, Indonesia mendeklarasikan sebagai bangsa merdeka. Menurut Anies, Indonesia itu unik. Umumnya, menurut Anies, sebuah negara baru akan memutuskan bahasa persatuannya Setelah mereka sudah memproklamasikan kemerdekaannya.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, justru sebaliknya. Indonesia sudah diproklamasikan, tetapi tujuh belas tahun sebelumnya telah resmi memiliki bahasa persatuan. Di mata Anies, ini merupakan salah satu keunikan Indonesia dibandingkan negara lain. Masyarakat Indonesia sudah bersatu secara bahasa sebelum bersatu secara politik.
Ketiga, Satu Negara. Tak lama setelah merdeka pada 1945, Indonesia pernah menjadi sebuah negara federal yang dikenal Republik Indonesia Serikat (RIS). Wilayah Indonesia kala itu terpecah ke dalam beberapa negara bagian. Dan, Republik Indonesia Serikat ini dipimpin oleh Mr. Assaat.
Anies $ Baswedan menghadiri peluncuran platform Pahlawan Demokrasi. Foto: Dok. Istimewa
Setelah proses perundingan berbagai konferensi dan negosiasi di dalam negeri maupun Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), akhirnya RIS pun bubar pada 1950. Indonesia menjadi sebuah negara kesatuan republik Indonesia atau NKRI yang sekarang kita kenal. Pembentukan negara ini pun menurut Anies seperti proklamasi jilid kedua.
ADVERTISEMENT
Keempat, Satu Teritori. Menurut Anies, Deklarasi Djuanda pada tahun 1957 menjadi tonggak untuk mendeklarasikan Satu Teritori. Menurutnya, ada suatu kisah ketika Bung Karno berkunjung ke pelabuhan Cirebon pada tahun 1950-an. Di sana ia mengamati kapal-kapal berbendera asing sedang berlabuh.
Ia bertanya pada orang sekitar, mengapa banyak kapal berbendera asing di sini. Soekarno mendapatkan jawaban bahwa wilayah perairan Indonesia masih berstatus internasional. Artinya, secara teritorial laut, kedaulatan Indonesia belum diakui. Dimulailah Deklarasi Djuanda yang memperjuangkan kedaulatan laut Indonesia sebagai kesatuan NKRI.
Keempat lompatan-lompatan di atas ini telah mengantarkan kita kepada titik saat ini. Tetapi, apa yang harus menjadi fase kelima?

Satu Ekonomi, Lompatan Kelima

Atas dasar refleksi perjalanan sejarah, Anies melihat tentang pentingnya lompatan kelima, yakni “Satu Ekonomi”. Ini merupakan gagasan yang ditujukan untuk mempersatukan seluruh rakyat Indonesia di atas sebuah landasan ekonomi yang adil dan yang memakmurkan semua.
ADVERTISEMENT
Di tengah ketimpangan sosial-ekonomi saat ini, Anies menilai kritisnya “persatuan melalui perekonomian. ” Artinya, persatuan di Indonesia dijaga dengan menghadirkan perasaan kesetaraan kesempatan, kebersamaan, dan keadilan. “Sulit sekali membangun persatuan dalam ketimpangan. Sulit sekali,” ujar Anies.
Dari segi ini, cita-cita konstitusi belum berhasil direalisasikan. Padahal, di tahun-tahun sebelumnya, kita telah disatukan oleh bahasa, oleh bentuk politik negara kesatuan, dan oleh keutuhan teritorial.
Istilah Satu Ekonomi digunakan oleh Anies untuk menggambarkan sebuah perasaan “menyatu” yang disambungkan oleh perekonomian, sebuah perekonomian yang tanpa diskriminasi.
Sebuah ekonomi di mana seluruh rakyat bisa merasakan kesejahteraan, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan lapangan kerja. Dengan demikian, rasa persatuan dibentuk oleh kebersamaan kesejahteraan yang dirasakan oleh seluruh rakyat.
ADVERTISEMENT
Mengapa gagasan “Satu Indonesia, Satu Ekonomi” ini perlu diperjuangkan? Pengalaman dijajah oleh bangsa lain itu menciptakan sistem ketidakadilan bagi rakyat. Mereka yang menjajah, yang menikmati kemakmuran.
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Sementara mayoritas rakyat tidak menikmati kemakmuran. Atas dasar itu, rakyat memperjuangkan kemerdekaan saat itu, terutama untuk menghilangkan ketimpangan ekonomi yang diciptakan kolonialisme.
Dengan demikian, semangat mengimplementasikan Satu Ekonomi adalah melawan musuh ketimpangan demi memberikan rasa keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang selama ini mayoritas belum merasakannya.
Bagi saya, gagasan ekonomi Anies ini bukan hanya realistis dan praktis, tapi salah satu syarat utama untuk ekonomi kita bisa sukses. Dalam merumuskan konsep “Satu Indonesia, Satu Ekonomi”, Anies sudah menuangkan konsensus ekonom di seluruh dunia dan pengalamannya memimpin DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pertama, sudah menjadi konsensus ekonom bahwa ekonomi yang makin lama makin timpang, lama-lama juga akan semakin melemah, karena kegiatan ekonomi di sepucuk paling atas yang semakin kaya, tidak cukup untuk membawa gerbong-gerbong yang lainnya kepada pertumbuhan total yang tinggi.
Kedua, salah satu aspek konsep “Satu Ekonomi” ini adalah pengintegrasian perekonomian se-Indonesia. Integrasi perekonomian selalu mendongkrak pertumbuhan, karena merupakan sebuah proses yang menghilangkan halangan, hambatan dan distorsi, dan pada akhirnya juga menghasilkan skala ekonomi (dengan mengurangi efek fragmentasi).
Melihat rekam jejaknya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies sudah jelas memperlihatkan perhatiannya terhadap pelaku ekonomi UMKM dan pentingnya hal seperti aspek keberlanjutan (sustainability) dalam pembangunan. Untuk mencapai semua ini, tentu diperlukan keberanian politik untuk mengubah ekosistem agar keluar dari zona nyaman saat ini. Dan, dari pengalamannya memimpin Jakarta, Anies punya modal untuk mewujudkan Satu Ekonomi ini ke depannya.
Menuju Lompatan Kelima, Satu Ekonomi. Foto: Dok. Istimewa
Artikel Opini oleh Thomas Lembong, juru bicara dan tim ahli ekonomi Anies Baswedan, Kepala BKPM (2016-2019), dan Menteri Perdagangan (2015-2016)
ADVERTISEMENT
(LAN)