Merck Ajukan Izin Darurat Obat Oral Pertama untuk COVID-19

3 Oktober 2021 12:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obat-obatan dan vitamin. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obat-obatan dan vitamin. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Merck, perusahaan farmasi Amerika Serikat, mengeklaim telah berhasil mengembangkan obat antivirus yang dinilai mampu mengurangi separuh risiko kematian dan rawat inap akibat virus COVID-19.
ADVERTISEMENT
Obat antivirus tersebut sudah melalui serangkaian uji klinis hingga tahap III dan menjadi obat jenis molnupiravir pertama yang digunakan dalam pengobatan COVID-19.
Molnupiravir sendiri merupakan obat yang dirancang untuk merusak kode genetik virus.
Perusahaan farmasi, Merck. Foto: Shutterstock
Saat ini, Merck tengah mengajukan permohonan izin darurat penggunaan obat (EUA) tersebut di Amerika Serikat. Jika lolos, maka molnupiravir ini akan menjadi obat antivirus pertama yang diberikan secara oral atau lewat mulut untuk pasien COVID-19.
“(Obat Molnupiravir) ini akan mengubah perbincangan tentang bagaimana kita bisa menangani COVID-19,” tutur CEO Merck & CO Robert Davis, dikutip dari Reuters.
Uji klinis Obat antivirus Molnupiravir tersebut telah melibatkan 775 pasien yang terkonfirmasi COVID-19 dengan risiko keparahan. Mereka memiliki setidaknya satu faktor risiko mengalami keparahan, dan di antaranya mengalami obesitas dan pasien lansia. Selama lima hari mereka meminum obat antivirus molnupiravir dua kali sehari di rumah.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, 7.3% kelompok tersebut dirawat di rumah sakit dan tidak ada yang meninggal dunia usai 29 hari pemberian obat. Sementara 14,1% pasien yang diberi plasebo terjadi kematian sebanyak 8 pasien.
Merck mengungkap, dari hasil viral sequencing, obat antivirus tersebut juga akan tetap efektif dalam mengobati varian baru COVID-19 yang bisa muncul di masa mendatang.
Saat ini, Molnupiravir juga sedang dipelajari dalam uji coba fase ketiga untuk mencegah infeksi pada orang yang terpapar COVID-19.
Kepala penasihat medis Presiden AS Joe Biden, Dr Anthony Faucy, juga menyambut kabar baik ini dan meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk meninjau data dari uji klinis tersebut secara teliti.
Professor dari Oxford University Peter Horby juga menyebut, obat tersebut akan efektif digunakan karena dapat dibeli dengan harga yang terjangkau dan penggunaannya tidak merepotkan, yaitu dengan diminum dalam bentuk pil.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, Merck telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan obat di India untuk lisensi obat molnupiravir tersebut, sehingga dapat memasok obat tersebut ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
==