Mereka yang Masih Butuh Uluran Tangan Kita

22 November 2019 12:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi donasi di kumparanDerma Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi donasi di kumparanDerma Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Masa kecil dan remaja biasanya merupakan masa-masa yang paling menyenangkan. Bermain bersama teman-teman hingga menggantungkan cita-cita setinggi langit di bangku sekolah, menjadi kenangan manis yang tak terlupakan.
ADVERTISEMENT
Namun, tak semua anak beruntung bisa merasakan hal itu. Seperti Nur Aisyah, Alexa Benetta, dan Rifky.
Penyakit yang diderita ketiganya, membuat mereka tidak bisa beraktivitas bebas dan bermain bersama teman-teman, seperti anak dan remaja pada umumnya. Keterbatasan ekonomi, juga menjadi tembok penghalang mereka untuk sembuh.
Meski demikian, semangat mereka tetap membara. Hal itulah yang membuat kumparan mengangkat kisah mereka dan menggerakkan para pembaca untuk mengulurkan tangan melalui fitur kumparanDerma.
Lalu, seperti apa kisah ketiganya?

Nur Aisyah, Bocah 8 Tahun Penderita Tumor Otak

Nur Aisyah, bocah asal Majene penderita tumor otak. Foto: Sulbar Kini/kumparan
Nur Aisyah adalah anak yang ceria. Namun tiba-tiba, senyum di wajah gadis berusia 8 tahun itu perlahan sirna. Di pertengahan Mei 2019, Nur Aisyah tiba-tiba divonis menderita tumor otak aktif.
ADVERTISEMENT
"Tiba-tiba matanya mengalami kondisi juling dan saya berpikir dia hanya main-main," kata ibu Nur Aisyah, Irawati.
Aisyah pun harus berhenti sekolah. Karena kondisinya yang memburuk, ia sempat dibawa ke RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang berjarak tujuh jam perjalanan darat dari kampung halamannya, Majene, Sulawesi Barat.
Kondisi Nur Aisyah, bocah asal Majene penderita tumor otak. Foto: Sulbar Kini/kumparan
Dua bulan dirawat di ruang PICU, Aisyah dipulangkan lantaran tak kunjung dioperasi. Pasalnya, ruangan tersebut penuh dan sudah banyak pasien yang mengantre.
Tanpa kepastian, Aisyah hanya bisa berbaring di ranjang RS Majene sambil menunggu waktu operasi. Pasalnya, pendapatan Rp 30 ribu per hari yang didapat ayahnya, Lukman, sebagai buruh pandai besi jelas jauh dari kata cukup untuk menebus biaya operasi.
Tapi Aisyah tidak putus asa. Ia masih ingin bisa sekolah dan bermain bersama teman-teman lagi seperti dulu. Bantu Aisyah untuk sembuh melalui kumparanDerma.
ADVERTISEMENT

Alexa Benetta, Balita Penderita Tulang Keropos

Alexa Benetta saat itu baru berusia 1,5 tahun dan sedang rajin-rajinnya belajar berjalan. Namun, dunianya berubah saat ia tidak sengaja terjatuh dan membuat kaki kanannya bengkak.
Awalnya, Alexa dibawa ke tukang urut, namun justru semakin memburuk. Saat dibawa ke RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, dokter menyebut, Alexa baik-baik saja. Alexa pun kembali dibawa ke tukang urut beberapa kali.
Namun, setelah diurut, di kakinya justru muncul bisul. Saat bisul itu pecah, tulang kaki Alexa terlihat. Dokter pun menyarankan agar Alexa dioperasi karena tulang kakinya rapuh dan keropos akibat sering diurut.
Orang tua Alexa pun kebingungan. Pasalnya, saat itu mereka baru tiga bulan merantau ke Deli Serdang, Sumatera Utara. Jangankan BPJS, kartu keluarga pun belum sempat diurus karena keluarganya sering berpindah-pindah dan lama di perantauan.
ADVERTISEMENT
Meski sudah lewat dua tahun, Alexa masih belum juga mendapat penanganan. Balita yang saat ini sudah berusia 3,5 tahun itu sehari-hari hanya bisa duduk ditemani adiknya. Ia terancam tak bisa berjalan lagi jika tak kunjung dioperasi.
Bantu Alexa untuk bisa berjalan melalui kumparanDerma.

Rifky, Remaja yang Kulitnya Rusak Terpapar Matahari

Rifky, bocah penderita kelainan kulit langka usai dioperasi. Foto: Dok. Endah S/Basra
"Saya ingin bisa main seperti anak lainnya. Tidak perlu selalu pakai jaket ataupun topi. Saya ingin sembuh," tutur Rifky (13).
Kondisi Rifky mungkin agar berbeda dari remaja pada umumnya. Saat duduk di bangku TK, remaja asal Malang Kulon, Surabaya, itu didiagnosa menderita kelainan genetik Xeroderma pigmentosum.
Akibatnya, sel-sel kulit Rifky akan rusak dan muncul bercak hitam jika terpapar sinar matahari. Bercak itu memang tak menimbulkan rasa gatal, namun jika diabaikan dan dibiarkan terkena sinar matahari, bisa menjadi kanker kulit serius.
Rifky mengidap Xeroderma pigmentosum sejak duduk di bangku Taman Kanak-kanak. Foto: Windy Goestiana/Basra
Tak hanya itu, kelopak mata bagian bawah Rifky menempel dengan bola mata putihnya. Akibatnya, jarak pandang Rifky tak bisa lebih dari 20 cm.
ADVERTISEMENT
Akibat penyakitnya, awalnya, ada benjolan besar di kedua pipi Rifky. Namun, benjolan itu sudah dioperasi dengan bantuan dana BPJS. Rencananya, akan ada operasi berikutnya untuk mengangkat benjolan di hidung, kening, dan operasi mata.
Dengan segala keterbatasannya, Rifky tetap tabah dan bersemangat sekolah di Home-Santren Kebaikan. Meski tak pernah mengeluhkan sakitnya, Rifky berharap ia bisa sembuh dan bisa bermain dengan bebas bersama teman-temannya.
Bantu Rifky agar bisa pulih melalui kumparanDerma.