Mewaspadai Pertumbuhan Corona di Jakarta: Seminggu Rekor 3 Kali, 66% Kasus OTG

13 Juli 2020 8:35 WIB
Cover Story Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil perpanjang PSBB transisi. Foto: Indra Fauzi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cover Story Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil perpanjang PSBB transisi. Foto: Indra Fauzi/kumparan
ADVERTISEMENT
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan kekhawatirannya terhadap peningkatan kasus corona di Jakarta. Dalam konferensi pers Minggu (12/7), ia menuturkan pertumbuhan corona di Jakarta pecah rekor sebanyak tiga kali dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
"Dinas kesehatan melaporkan angka kasus baru yang muncul di Jakarta dan dalam seminggu terakhir ini kita tiga kali mencatat rekor baru. Hari ini adalah yang tertinggi sejak kita menangani kasus di Jakarta, ada 404 kasus baru. Tidak boleh dianggap enteng," kata Anies dalam keterangannya di YouTube.
Selain itu, Anies juga menyampaikan data-data pertumbuhan virus corona selama PSBB transisi diterapkan. Dari data yang dihimpun, tercatat ada penambahan sebanyak 6 ribu kasus.
Sehingga Anies meminta kepada seluruh warga Jakarta untuk tetap waspada. Ia tidak ingin masih ada warga yang menganggap remeh penularan virus corona.
Berikut kumparan rangkum seputar pertumbuhan kasus corona di Jakarta yang diumumkan oleh Anies:

Pecah Rekor 3 Kali dalam Seminggu: Jangan Dianggap Enteng

Anies mengatakan, kasus-kasus yang ditemukan sebagian besar adalah hasil active case finding. Bukan menunggu kasus terjadi, lalu dites.
ADVERTISEMENT
"Artinya kita tidak menunggu pasien di fasilitas kesehatan tapi puskesmas kita mengejar kasus positif di masyarakat. Jadi, bukan kita pasif," tutur dia.
"Hari ini adalah yang tertinggi sejak kita menangani kasus di Jakarta, ada 404 kasus baru. Tidak boleh dianggap enteng," ucap dia.
Gubernur DKI Anies Baswedan memberikan sambutan usai meresmikan Masjid Amir Hamzah di kawasan TIM, Jakarta. Foto: Instagram/@aniesbaswedan

Selama PSBB Transisi, Ada 6.748 Kasus Baru Corona

Anies menuturkan, selama PSBB transisi, pihaknya menemukan lebih dari enam ribu kasus positif corona.
"Dalam perjalanan selama masa PSBB transisi ini sejak 14 Juni sampai 12 Juli ini, kita menemukan 6.748 kasus baru," kata Anies dalam konferensi pers di akun Pemprov DKI.
Anies menjelaskan, 6 ribu kasus positif itu ditemukan karena Pemprov DKI gencar melakukan tracing. "Memang karena kita aktif melakukan tracing," tambahnya.
Suasana jalanan Jakarta terpantau ramai lancar saat PSBB, Minggu (17/5). Foto: Antara/Nova Wahyudi

Jangan Sampai Injak Rem Darurat karena Lonjakan Kasus

Anies mengingatkan, jangan sampai penambahan kasus yang tinggi ini terus terjadi. Sebab hal dapat mempengaruhi status PSBB di DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Khusus hari ini Jakarta mengalami lonjakan kasus tertinggi. Saya ingatkan kepada semua, jangan sampai situasi ini jalan terus sehingga kita harus menarik rem darurat atau emergency break," kata Anies.
Menurutnya, jika hal tersebut terjadi, maka dampaknya akan sangat besar bagi perekonomian di Jakarta. Selain kegiatan ekonomi yang harus terhenti, kegiatan lainnya seperti kegiatan keagamaan juga harus kembali dihentikan sementara.

66 Persen Kasus Corona di DKI OTG

Anies membeberkan, berdasarkan hasil pemeriksaan COVID-19 yang dilakukan pemprov DKI, sekitar 66 persen adalah orang tanpa gejala (OTG).
"Saya mengingatkan pada semua 66 persen dari yang kita temukan adalah OTG, orang tanpa gejala. Orang yang dia tidak sadar dia sudah terekspose, artinya kalau mereka tidak kami datangi tim puskesmas tidak melakukan testing, barangkali yang bersangkutan tidak merasa bahwa positif membawa virus COVID," tutur dia.
ADVERTISEMENT
"Inilah sebabnya mengapa kita harus ekstra hati-hati," tegas Mantan Mendikbud itu.
Penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line turun dari kereta di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan

Titik Rawan Penyebaran Corona: Transportasi Umum dan Pasar

Anies juga kembali mengingatkan kepada masyarakat soal titik rawan penyebaran virus corona. Setidaknya ada dua lokasi yang harus diwaspadai masyarakat.
“Pertama adalah tempat transportasi umum, di situ ada situasi di mana menjaga jarak itu sulit, kedua di pasar. Kondisi di pasar sering kali membuat interaksi jadi pendek, pastikan bahwa semuanya disiplin,” kata Anies.
Anies memastikan pihaknya terus mengawasi lebih dari 300 pasar di wilayah DKI Jakarta. Terbaru, Pemprov DKI menutup Pasar Pramuka setelah seorang pedagang dinyatakan positif COVID-19.
“Kita pun melaksanakan pengawasan pemantauan, ada lebih dari 300 pasar, 153 di bawah Pemprov DKI kemudian sisanya adalah pasar rakyat,” ujarnya.
ADVERTISEMENT

Positivity Rate Melonjak 2 Kali Lipat, Jangan Merasa Bebas Corona

Anies menyebut, penambahan kasus positif virus corona dibandingkan dengan jumlah tes (positivity rate), mengalami lonjakan pekan ini.
"Hari ini angka positivity rate itu menjadi 10,5 persen. Melonjak 2 kali lipat," ucap Anies.
Anies merinci, pada 4-10 Juni ada 21.197 orang dites di Jakarta dan didapati kasus positif 4,4 persen. Lalu pekan berikutnya tanggal 11-17 Juni, sebanyak 27.091 orang dites, sebanyak 3,1 persen positif. Lalu 18-24 Juni ada 29.873 orang yang dites, positif ratenya 3,7 persen.
"Jangan anggap ringan, jangan merasa kita sudah terbebas dari wabah COVID-19. Lonjakan ini merupakan peringatan bagi kita semua," tutur Anies.

Klaster Pasien RS Terbesar, Lalu Komunitas dan Pasar

Penambahan kasus positif corona di DKI Jakarta mencapai rekor pada Minggu (12/7). Tercatat ada penambahan sebanyak 404 kasus baru.
ADVERTISEMENT
Menurut Anies, pertumbuhan kasus yang meningkat ini terjadi seiring dengan semakin masifnya tes yang secara aktif dilakukan di masyarakat. Meskipun demikian, pihaknya mengimbau warga agar tidak menganggap enteng pertumbuhan kasus corona di DKI Jakarta.
"Di Jakarta kita secara aktif melakukan tracing lalu melakukan testing, dari situ kemudian mereka diisolasi mereka yang ditemukan positif. Tapi angkanya tetap tinggi," kata dia.
Dari hasil pelacakan kasus dan tes sejak 4 Juni hingga 12 Juli 2020, Pemprov DKI Jakarta menemukan klaster terbesar terjadi di rumah sakit.
"Yang kedua adalah pasien di komunitas 38%, mereka yang berada di lingkungan kita. Lalu di mana, di pasar 6,8%, dan pekerja migran Indonesia 5,8%. Sisanya dari (klaster) perkantoran," terangnya.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.