Militer Israel Perintahkan Warga Palestina di Rafah untuk Mengungsi

6 Mei 2024 12:43 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja Palestina, yang berada di Israel selama serangan Hamas 7 Oktober, tiba di perbatasan Rafah setelah dikirim kembali oleh Israel ke jalur tersebut, di Jalur Gaza selatan, Jumat (3/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja Palestina, yang berada di Israel selama serangan Hamas 7 Oktober, tiba di perbatasan Rafah setelah dikirim kembali oleh Israel ke jalur tersebut, di Jalur Gaza selatan, Jumat (3/11/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Militer Israel mulai memerintahkan warga Palestina yang tinggal di lingkungan di Rafah timur – dekat pagar pembatas dengan Israel – untuk mengungsi. Hal itu disampaikan oleh stasiun penyiaran Israel pada Senin (6/5).
ADVERTISEMENT
Radio tentara Israel mengatakan, perintah itu dikeluarkan sebelum invasi darat dilakukan. Warga Palestina diminta untuk pindah ke kamp-kamp pengungsi di daerah Khan Younis dan Al-Mawasi.
Dikutip dari Reuters, militer Israel akan menggunakan poster, pesan teks, panggilan telepon, dan pengumuman media untuk mendorong pergerakan bertahap warga sipil di wilayah tertentu.
Sebelumnya, perundingan terbaru gencatan senjata di Gaza yang berlangsung di Kairo berakhir nihil. Israel menolak tuntutan kunci yang diminta Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta agar publik tidak terlalu berharap gencatan senjata benar-benar terwujud. Sebab, permintaan kunci Hamas dianggap ekstrem.
Netanyahu mengatakan, permintaan Hamas termasuk penarikan tentara Israel dari Gaza dan penghentian perang. Menurutnya permintaan itu sama dengan Israel menyerah terhadap Hamas.
ADVERTISEMENT
Rafah menampung ribuan pejuang kelompok Islam Palestina dan Israel menegaskan bahwa kemenangan tak mungkin tercapai tanpa merebut kota tersebut.
Namun, dengan lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi dan berlindung di Rafah, operasi ini menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara Barat dan negara tetangga Mesir.