news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Minta Sanksi Dicabut, Taliban Peringatkan AS dan Uni Eropa

13 Oktober 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Kepala Kantor Politik Taliban, Abdul Salam Hanafi, bertemu dengan duta besar China di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: social media via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Kepala Kantor Politik Taliban, Abdul Salam Hanafi, bertemu dengan duta besar China di Kabul, Afghanistan, Senin (6/9). Foto: social media via REUTERS
ADVERTISEMENT
Taliban memberi peringatan keras kepada Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa soal sanksi mereka terhadap Afghanistan. Menurut Taliban, tekanan lewat sanksi itu akan mengganggu keamanan dan berpotensi memicu krisis pengungsi.
ADVERTISEMENT
Peringatan itu disampaikan oleh Penjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, pada pertemuan dengan diplomat Barat di Doha, Qatar.
“Melemahkan pemerintahan Afghanistan bukanlah untuk kepentingan siapa pun, karena dampak negatifnya akan mempengaruhi dunia dalam sektor keamanan dan migrasi akibat perekonomian,” ungkapnya dalam keterangan yang dirilis pada Selasa (12/10).
Dikutip dari keterangan juru bicara Muttaqi, pada pertemuan di Doha, pihak Barat diminta untuk segera mencabut seluruh sanksi.
“Kami mendesak negara-negara dunia untuk mengakhiri sanksi yang masih ada dan membiarkan bank beroperasi secara normal, sehingga lembaga amal, organisasi, dan pemerintahan dapat membayar gaji staf dengan dana pemerintah sendiri dan dengan bantuan keuangan internasional,” ujar Muttaqi.
Taliban kuasai Istana Presiden. Foto: Zabi Karimi/AP
Taliban menggulingkan pemerintahan Afghanistan yang dipimpin oleh Ashraf Ghani pada Agustus lalu. Usai menguasai istana kepresidenan di Ibu Kota Kabul, mereka mendeklarasikan pendirian Imarah Islam Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Pemerintahan baru mereka bentuk dengan tokoh-tokoh Taliban sebagai pejabatnya. Mulai dari perdana menteri hingga jajaran menteri.
Upaya mereka dalam menstabilisasi Afghanistan kerap diganggu oleh kelompok militan garis keras lainnya, ISIS-K (Negara Islam Khorasan).
Bak sudah jatuh, tertimpa tangga pula, Afghanistan juga dikenakan sanksi internasional: aset asing dibekukan, bank kehabisan dana, dan pegawai negeri sipil terancam tak bisa digaji.
Negara-negara Uni Eropa khawatir jika perekonomian Afghanistan kolaps, jumlah pengungsi dari Afghanistan akan membeludak. Ini tentunya akan menyebabkan krisis pengungsi.
Washington dan UE mengatakan, mereka siap untuk mendukung inisiatif kemanusiaan di Afghanistan. Tetapi, mereka was-was jika memberikan bantuan langsung ke Taliban tanpa adanya jaminan Taliban akan menghormati HAM, terutama hak perempuan.