MPR: Kasus Corona Makin Naik karena Warga Tak Patuh Protokol Kesehatan Dibiarkan

14 Juni 2020 15:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratusan orang antre mengurus perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM) di layanan SIM keliling di Pasar Tambak Rejo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/6/2020). Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ratusan orang antre mengurus perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM) di layanan SIM keliling di Pasar Tambak Rejo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/6/2020). Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Ketua MPR Bambang Soesatyo mengkritisi banyaknya kenaikan angka positif corona sepekan terakhir yang sudah mencapai rata-rata kenaikan 1.000 kasus per hari.
ADVERTISEMENT
Dia mengingatkan maraknya pelanggaran protokol kesehatan saat PSBB jadi preseden buruk. Dia meminta tak bolah ada pembiaran terhadap masyarakat yang tak patuh menerapkan protokol COVID-19.
"Saya prihatin dengan besarnya laju pertambahan jumlah pasien COVID-19 dalam beberapa hari terakhir. Laju peningkatan jumlah pasien yang cukup signifikan itu terjadi karena pembiaran atas ketidakpatuhan sekelompok warga pada protokol kesehatan," kata Bamsoet kepada wartawan, Minggu (14/6).
Ketua MPR Bambang Soesatyo saat rapat Pimpinan MPR bersama Badan Anggaran MPR, Kamis (16/4). Foto: Dok. MPR
Waketum DPP Golkar itu melihat, data dan kecenderungan pertambahan pasien COVID-19, menjadi bukti belum efektifnya peran aparatur pemerintah daerah (Pemda) mengawasi dan mengendalikan kepatuhan warga menjalankan protokol kesehatan sepanjang periode penerapan PSBB.
Ketidakpatuhan pada protokol kesehatan, menurut Bamsoet, terlihat nyata sejak sebelum hari raya, terutama di banyak pasar tradisional maupun di gerbong kereta rel listrik (commuter line).
ADVERTISEMENT
"Kerumunan penjual-pembeli di pasar tradisional dan kepadatan penumpang di gerbong KRL rentan penyebaran COVID-19. Data Tim Komunikasi Gugus Tugas percepatan Penanganan COVID-19 menyebutkan bahwa lebih dari 400 pedagang di 93 pasar tradisional reaktif covid-19," katanya.
Penumpang KRL di Stasiun Tanah Abang, Selasa (9/6). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Bamsoet mengingatkan, sebelum dan selama penerapan new normal, aparatur semua pemerintah daerah untuk makin peduli dan tegas dalam mengendalikan pergerakan atau mobilitas warga di ruang publik.
Lebih lanjut, Bamsoet meminta semua pihak belajar dari pengalaman buruk Kota Beijing, China, yang menerapkan lockdown kembali karena adanya klaster baru COVID-19.
"Klaster baru COVID-19 muncul karena ulah segelintir orang yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Ketika klaster baru COVID-19 itu harus direpons dengan PSBB lagi, ada jutaan warga yang dirugikan," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Mari kita belajar dari akibat maraknya pelangaraan protokol kesehatan sebelum hari raya. Dalam beberapa hari terakhir, laju peningkatan jumlah pasien cukup signifikan. Kecenderungan seperti itu tidak boleh terjadi pada periode penerapan pola hidup baru," tandas Bamsoet.
--------------------------
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.