MPU soal Ketua Forum Pimpinan Pesantren Diduga Jadi Koordinator Teroris di Aceh

5 Agustus 2022 13:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Densus 88 tangkap koordinator teroris wilayah Aceh. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Densus 88 tangkap koordinator teroris wilayah Aceh. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Densus 88 Anti Teror mengamankan terduga koordinator teroris wilayah Aceh berinisial ISA (37), yang juga merupakan seorang ketua Forum Ketua Pimpinan Pesantren (FKPP) Sumbagut Wilayah Aceh Tamiang.
ADVERTISEMENT
Menyikapi hal itu, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali sangat mendukung petugas menangkap orang-orang yang mengajarkan paham radikal, terutama sekali menggunakan lembaga-lembaga pendidikan.
Tgk H Faisal atau disapa Lem Faisal menerima informasi terduga teroris yang juga sebagai ketua FKPP itu bukan asli orang Aceh.
“Perlu kami sampaikan bahwa informasi yang kami terima, itu pimpinan pesantren itu bukan berlatar belakang orang Aceh,” katanya pada kumparan, Jumat (5/8).
Karena itu, Lem Faisal mengharapkan pemerintah ke depannya agar tidak dengan mudah memberikan izin seseorang mendirikan pesantren. Butuh pendalaman-pendalaman tentang pimpinannya, latar belakangnya dari mana, dan kurikulumnya.
Ketua MPU Aceh Tgk H Faisal Ali atau disapa Lem Faisal. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
“Dengan kejadian baru-baru ini, seluruh pesantren yang ada di Aceh seakan-akan seperti itu semua. Apalagi kita di Aceh ini daerah bekas konflik, kalau hal seperti ini terjadi terus di Aceh maka kita terus tercoreng,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berkaca pada kasus ini, menurut Lem Faisal, pemerintah perlu memikirkan langkah-langkah strategis bagaimana setiap pesantren atau lembaga terkait dengan keagamaan itu punya standar khusus.
“Tentang siapa yang boleh mendirikan, apa yang boleh diajarkan, ini harus ditangani secara serius oleh pemerintah. Orang-orang yang sudah terkontaminasi dengan paham-paham radikal itu tidak akan bisa kita lakukan pembinaan, yang bisa adalah ganti manajemen pesantren itu,” ucap Lem Faisal.
Di sisi lain, Lem Faisal memastikan orang-orang terduga teroris yang telah ditangkap di Aceh tersebut bukanlah asli orang Aceh. Kendati demikian, bukan pula bermaksud ingin bermusuhan dengan orang luar Aceh.
Karena itu, Lem Faisal menegaskan, semua pihak terkait harus terlibat dan membuat sistem terpadu, bagaimana masing-masing pihak punya tugas dan fungsinya dalam melakukan pengawasan terutama dalam lembaga pendidikan agama.
ADVERTISEMENT
“Yang sangat substansial itu adalah pengajaran, makanya paling penting di dalam sistem itu pengajarannya, materi ajarannya, dan latar belakang ustaznya. Tidak mudah mendirikan pesantren, kalau pemerintah tidak serius dan komitmen serta membangun sinergitas antara berbagai komponen, maka hal seperti ini terus akan terjadi dan tidak akan selesai,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, ISA ditangkap petugas di Kantor Desa Sidodadi, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang, Rabu (3/8). Dia diduga tergabung dalam jaringan Jemaah Islamiyah (JI) dan memiliki peran penting dalam struktur kepengurusan.
Berdasarkan catatan Polda Aceh, total terduga teroris yang sudah ditangkap dari berbagai wilayah di Aceh adalah 15 orang, baik kelompok Jamaah Islamiah (JI) maupun Anshorut Daulah (AD).