Menko PMK Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Maluku

Muhadjir: Pendistribusian Vaksin Corona Tidak Asal Hantam Rata

7 Desember 2020 17:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas  menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac saat tiba di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Petugas menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac saat tiba di Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
1,2 juta vaksin corona buatan Sinovac telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12) malam. Vaksin ini didatangkan secara bertahap hingga memenuhi target 3 juta dosis vaksin.
ADVERTISEMENT
Menko PMK Muhadjir Effendy mengungkapkan pendistribusian vaksin corona tidak akan diberikan sama rata ke tiap daerah. Sebab, kemungkinan terjadi penumpukan (viral load) partikel virus di setiap daerah berbeda-beda.
"Prof Wiku lebih tahu persis di mana saja kemungkinan terjadi penumpukan partikel virus dan di mana yang tidak, presiden sangat mohon dapat perhatian sehingga penggunaan betul-betul vaksin efisien. Tidak asal hantam rata, tapi betul-betul terseleksi berdasarkan siapa yang paling di garda depan yang sangat rentan sebagai orang yang akan terinfeksi maupun sebagai penyebar. Kedua, di mana atau lokasi mana aja yang diprioritaskan," jelas Muhadjir dalam konferensi pers virtual, Senin (7/12).
Menurut Muhadjir, nantinya vaksinasi di Indonesia tidak harus mengikuti standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berkaitan dengan rasio jumlah penduduk yang harus diberi vaksin.
Menko PMK Muhadjir Effendy saat berkunjung ke Maluku. Foto: Dok. Humas Kemenkes
"Standar WHO tentang rasio jumlah yang harus diberi vaksin dengan jumlah penduduk tidak bisa sepenuhnya diterapkan di Indonesia. Dengan asumsi tidak seluruh wilayah Indonesia tidak terpapar COVID-19 dengan intensitas yang sama," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam peta jalan (roadmap) vaksinasi juga diminta diperhatikan siapa saja kelompok yang diprioritaskan untuk divaksin. Dan siapa saja kelompok yang dinilai tidak terlalu berisiko jika tak mendapatkan vaksin.
"Terutama menetapkan peta siapa yang divaksin dan siapa yang boleh dianggap tidak berisiko kalau seandainya tidak divaksin, terutama berkaitan dengan lokasi atau tempat di mana mereka berada. Juga dipertimbangkan tingkat mobilitas penduduk dari satu tempat ke tempat lain," tutup dia.
Petugas menaikkan kontainer berisi vaksin COVID-19 Sinovac ke atas truk di Bandara Soekarno-Hatta Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Setibanya di Indonesia, vaksin Sinovac ini tidak langsung bisa digunakan vaksinasi. Sebab, masih diperlukan sejumlah pemeriksaan terkait kualitas vaksin, termasuk dokumen vaccine arrival report.
"Pemeriksaan fisik barang harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga kita yakin bahwa status vaksin yang diterima dalam kondisi baik, tidak ada kemasan atau isi yang rusak dan suhu selama perjalanan atau pengiriman sesuai dengan prosedur," jelas Menkes Terawan Agus Putranto sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, vaksin Sinovac dibawa ke Kantor Pusat Bio Farma di Kota Bandung, Jawa Barat. 1,2 juta dosis vaksin ini akan dilakukan pengambilan sampel untuk pengujian mutu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten