Muhammadiyah: Indonesia Harus Punya Sikap Sama soal Konflik Palestina-Israel

24 Mei 2021 12:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: PP Muhammadiyah
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: PP Muhammadiyah
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir meminta seluruh masyarakat Indonesia satu suara dan bersikap sama terkait konflik Palestina-Israel.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, tragedi yang terjadi di Palestina memang berkaitan dengan Islam berdasarkan sejarah dan keberadaan Masjid Al Aqsa. Namun, kata Haedar, konflik ini juga berkaitan soal kemerdekaan suatu negara dari penjajahan
"Muhammadiyah memandang persoalan inti dari agresi dan konflik di timur tengah khususnya Palestina-Israel sesungguhnya pada persoalan kemerdekaan. Sebuah negara, sebuah bangsa itu berhak untuk merdeka dan berdaulat," kata Haedar dalam dalam diskusi Konflik Arab-Israel, Peluang dan Tantangan Perdamaian yang digelar daring, Senin (24/5).
Seorang anak laki-laki mengibarkan bendera Palestina di sebuah bangunan rusak, di Gaza, Minggu (23/5) Foto: Suhaib Salem/REUTERS
Haedar mengatakan, sikap yang sama itu bisa berupa desakan agar penjajahan di Palestina segera diakhiri. Ia pun mengingatkan kembali sejarah panjang Indonesia yang selama ratusan tahun juga mengalami penjajahan.
"Pertama kita punya sejarah panjang dijajah dan penjajahan ini sesungguhnya tragedi kemanusiaan paling pahit paling, kelam, paling zalim di muka bumi," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, setelah Indonesia diakui merdeka, Belanda masih saja melakukan agresi. Ini sebagai bukti sejarah bahwa nafsu ekspansi dan kolonialisme tidak akan pernah puas.
Seorang wanita Palestina bereaksi setelah kembali ke rumahnya yang hancur setelah gencatan senjata Israel-Hamas, di Gaza, Jumat (21/5). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Atas sejarah kelam tersebut, Haedar meminta bangsa Indonesia turut menciptakan kedamaian di Palestina.
"Mohon dengan kerendahan hati, saya mengajak elite bangsa warga bangsa harus punya posisi yang sama ketika ada sebuah bangsa sewenang-wenang mengagresi atau menempati kawasan itu dan tidak berhenti mencari damai. Sejak 1948 (Israel di Palestina) berapa nyawa melayang?," ujarnya.