MUI Gelar Halalbihalal Nasional: Ekonomi Kuat, Akidah Kuat

17 Mei 2022 22:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua MUI, Cholil Nafis. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua MUI, Cholil Nafis. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
ADVERTISEMENT
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan Halalbihalal Nasional dengan seluruh jajaran MUI se-Indonesia di Jakarta pada Selasa (17/5). Dalam acara itu, turut dihadiri oleh sejumlah ormas dan anggota partai politik.
ADVERTISEMENT
Ketua Panitia Halalbihalal MUI KH Cholil Nafis menerangkan, kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menyatukan seluruh komponen bangsa.
"Yang saat ini ada gejala retak dan kurang solid," jelas Kiai Cholil yang juga Ketua MUI ini.
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan, Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh, dan Direktur Pemasaran dan Kemitraan Dr. dr. Chairuddin Yunus, M. Kes dalam konferensi pers terkait vaksin Zifivax di Kantor MUI di Jakarta, Sabtu (9/10). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Menurut Kiai Cholil, kondisi bangsa Indonesia saat ini dalam kondisi di ambang retak solidaritasnya. Sebab masing-masing pihak sering berjuang untuk kepentingan kelompok atau golongannya.
"Persis seperti yang dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya: 'Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar Rum: 32)'," beber dia.
Selain itu, lanjut Kiai Cholil, kondisi bangsa tengah didera persoalan ekonomi yang tidak ringan, apalagi akibat dampak COVID-19 selama 2 tahun terakhir.
"Jika terjadi keretakan apalagi perpecahan antar komponen bangsa terus berlangsung maka kehidupan bangsa akan semakin sengsara, dan rakyat semakin menderita," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Padahal, tambah Kiai Cholil, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang memiliki potensi sumber daya manusia potensial dan sumber daya alam yang sangat kaya.
"Karena itu, momentum Idul Fitri 1443 H ini, merupakan momentum yang penting untuk mengingatkan seluruh komponen bangsa agar bersatu padu demi kepentingan rakyat, bangsa dan negara dengan semangat halalbihalal," ujarnya.
Kiai Cholil menerangkan, istilah halalbihalal adalah istilah Indonesia. Jadi, istilah halalbihalal walau berbahasa Arab, tetapi tidak dikenal di Arab.
"Ini adalah semangat mempersatukan yang dilandasi semangat untuk memaafkan kepada pihak mana pun yang layak diberikan maaf. Halalbihalal bisa menjadi ajang rekonsiliasi bangsa kita dengan saling memaafkan dengan ketulusan hati sehingga keretakan dan perpecahan yang mengancam bangsa kita dapat diatasi," urai dia.
KH. Cholil Nafis, Ph.D., Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI Pusat. Foto: Dok.pribadi
Khususnya di kalangan umat Islam, tegas Kiai Cholil, Majelis Ulama Indonesia dan umat dapat bersatu padu dalam satu kepentingan izzul Islam wal muslimin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin) serta memperkokoh negara kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila dan menjunjung Bhinneka Tunggal Ika.
ADVERTISEMENT
"Kemuliaan umat Islam tidak hanya dicapai dengan kuantitas umat yang banyak atau simbol-simbol Islam yang berdiri tegak, tetapi juga ditopang oleh keadaan ekonomi umat. Kalau ekonomi kuat, akidah juga kuat," beber dia.
"Karena itu MUI berharap, kegiatan ini akan memberi makna untuk kita semua untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan umat menuju umat yang kuat, sehat dan bermartabat," tutupnya.
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menghadiri Halal Bihalal MUI. Foto: MUI