MUI Tanda Tangani MoU Pembangunan RS Indonesia Senilai Rp 87 Miliar di Hebron

29 November 2021 19:04 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penandatanganan MoU Secara Virtual Terkait Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) di Palestina. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Penandatanganan MoU Secara Virtual Terkait Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) di Palestina. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
MUI menggelar acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) Kerja Sama Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) dengan Wali kota Hebron, Palestina, Tayseer Abu Sneineh. Acara tersebut digelar dalam rangkaian perayaan hari solidaritas untuk Palestina.
ADVERTISEMENT
Rumah sakit kedua yang dimiliki Indonesia ini nantinya akan difungsikan sebagai pusat penanganan dan penyembuhan trauma fisik maupun psikis (trauma healing) akibat pandemi maupun konflik yang berkelanjutan.
Meski mendapatkan respons positif, Ketua Panitia Pembangunan Rumah Sakit Indonesia Hebron (RSIH) Palestina Sudarnoto Abdul Hakim mengaku pembangunan RS ini tak mudah terlebih dilakukan pada masa pandemi COVID-19.
Atas alasan itu pun, panitia pembangunan RSIH memutuskan untuk memperpanjang masa berlaku MoU tersebut hingga 2023 mendatang.
"Kami mengusulkan untuk memperpanjang masa berlaku MoU yang akan berakhir pada tahun 2021 hingga Desember tahun 2023. Hal ini perlu dilakukan mengingat sepanjang tahun 2020 dan 2021 pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia dan Palestina. Pandemi ini telah memperlambat upaya pengumpulan donasi bagi pembiayaan pembangunan rumah sakit yang nilainya sebesar Rp 87 miliar," ujar Sudarnoto dalam acara penandatanganan MoU yang digelar secara virtual, Senin (29/11).
ADVERTISEMENT
Untuk mengejar kebutuhan dana pembangunan RS, pada 6 Mei 2021 MUI pun meluncurkan kegiatan aksi kemanusiaan penggalangan dana bagi pembangunan RSIH.
MUI mengeluarkan seruan penggalangan dana kemanusiaan untuk Palestina lembaga pendidikan Islam, lembaga filantropi Islam, pengurus Masjid, dan warga masyarakat Indonesia pun mendukung langkah tersebut.
Tak hanya oleh masyarakat Indonesia, gerakan penggalangan dana itu pun turut didukung melalui diluncurkannya kampanye gerakan aliansi amal kemanusiaan untuk RSIH Palestina ke berbagai kalangan masyarakat khususnya lembaga filantropi dengan menyampaikan donasi mereka ke rekening bank Panitia RSIH MUI pada tanggal 17 Mei 2021.
"Alhamdulillah tanggapan positif telah kami terima dari ormas-ormas Islam, lembaga filantropi, tokoh ulama komunitas, dan warga masyarakat secara luas di Indonesia dan luar negeri serta dari pengurus MUI Pusat Provinsi dan daerah. Mereka menyerahkan donasi untuk pembangunan rumah sakit kepada MUI," ucap Sudarnoto.
ADVERTISEMENT
Berkat dukungan berbagai pihak tersebut, Sudarnoto menyebut hingga kini telah terkumpul donasi sekitar Rp 24 miliar hanya dalam waktu kurang dari satu tahun.
"Alhamdulillah telah terkumpul donasi sebesar Rp 24.754.103.225. kami akan terus menggalang dana hingga mencapai Rp 87 miliar dan menyelesaikan pembangunan rumah sakit Indonesia di Hebron ini," ungkap Sudarnoto.
"Dana pembangunan RSIH ditargetkan dapat terkumpul pada akhir 2023, yang penyalurannya akan dibagi menjadi enam termin," sambungnya.
Terakhir, ia berharap proyek pembangunan RS ini dapat berjalan lancar hingga rumah sakit tersebut nantinya dapat dimanfaatkan untuk masyarakat luas di Palestina.
"Pembangunan rumah sakit ini adalah misi kemanusiaan dan sumbangsih rakyat dan bangsa Indonesia. Kami sungguh sangat berharap misi ini bisa memperoleh jaminan keamanan dan dukungan secara internasional," kata Sudarnoto.
ADVERTISEMENT
Acara penandatanganan tersebut dihadiri langsung Wali kota Hebron, Palestina, Tayseer Abu Sneineh dan Sekjen MUI Dr. Amirsyah Tambunan.
Sedianya, rumah sakit itu akan berdiri di jantung kota Hebron, 500 meter dari Masjid Ibrahim, itu akan dibangun di atas lahan seluas 4.000 meter persegi.
Hebron merupakan kota terbesar di Palestina, baik dari sisi luas wilayah maupun jumlah penduduk. Selama ini, kota tertua kedua di dunia ini juga menjadi tulang punggung perekonomian Palestina.
Akan tetapi, sejak penjajahan Israel pada 1917, Hebron kehilangan banyak akses perekonomian baik karena pembatasan ekstrem hingga perusakan fasilitas publik besar-besaran.