MUI: Upaya Memecah Belah Timur Tengah Dilakukan Amerika Serikat

25 November 2021 15:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tentara Israel memeriksa dokumen warga Palestina saat mereka menyeberang kembali ke Tepi Barat dari Israel melalui desa Muqeibila, Senin (6/9). Foto: Ammar Awad/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Tentara Israel memeriksa dokumen warga Palestina saat mereka menyeberang kembali ke Tepi Barat dari Israel melalui desa Muqeibila, Senin (6/9). Foto: Ammar Awad/Reuters
ADVERTISEMENT
Konflik Israel dan Palestina masih terus memanas hingga kini. Sejumlah jalan damai pun terus diupayakan oleh negara lain untuk memerdekakan Palestina dari agresi yang dilakukan Israel.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ada negara-negara yang justru membela segala hal yang dilakukan Israel, salah satunya Amerika Serikat. Hal itu diungkap Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI, Prof Sudarnoto Abdul Hakim.
Tindakan AS yang semena-mena, menurut Sudarnoto dilakukan karena Negeri Paman Sam miliki hak veto. Keistimewaan itu yang menghadirkan masalah bagi negara lain termasuk Palestina.
Ia bahkan menyebut campur tangan AS itu justru akan memecah belah negara di Kawasan Timur Tengah.
"Soal veto Amerika itu juga menjadi sumber masalah sehingga nasib bangsa Palestin hari ini misalnya semakin berat. Selain invasi dan aneksasi Israel terhadap Palestina terus dilakukan, upaya memecah belah negara Timur Tengah juga terus dilakukan dengan keterlibatan Amerika," ujar Sudarnoto dalam diskusi virtual yang digelar komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional MUI, Kamis (25/11).
ADVERTISEMENT
Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, AS memang memiliki hak veto bersama Inggris, Prancis, China, dan Rusia. AS sendiri tercatat telah menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB sebanyak 44 kali untuk melindungi Israel.
AS juga pernah menggunakan hak vetonya pada Juni 2018 terhadap rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk penggunaan kekuatan Israel terhadap warga sipil Palestina.
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Kondisi tersebut, kata Sudarnoto, terlihat jelas pada situasi yang dialami Palestina kini. Serangan yang tak kunjung usai hingga penggusuran masyarakat Palestina bahkan makin memperparah kondisi mereka terutama di masa pandemi COVID-19 ini.
"Penyerangan masjidil Aqsa di akhir bulan ramadhan yang lalu adalah bukti yang menurut hemat saya tidak terbantahkan dan telah menimbulkan korban serta kerusakan yang sangat serius tentu di pihak Palestina. Pengusiran dan penggusuran yang dilakukan terhadap penduduk wilayah di sheikh jarrah itu semakin memperkeruh suasana penderitaan rakyat palestina di tengah pandemi COVID-19," ucap Sudarnoto.
ADVERTISEMENT
"Suasana Palestina belum banyak perubahan hingga hari ini, apalagi kepemimpinan baru Israel sekarang ini tampaknya juga cenderung untuk memperpanjang semangat imperialistik Israel terhadap Palestina," sambungnya.
Sudarnaoto menginginkan agar AS tidak lagi bertindak sebagai pihak yang menggunakan hak veto untuk memecah belah negara lain. Oleh karenanya, Sudarnoto berharap kepemimpinan Presiden Joe Biden bisa mewujudkan hal itu.
"Gestur politik yang positif yang berkaitan dengan Islam dan umat Islam itu sebenarnya sudah ditunjukkan presiden Joe Biden pada saat pertama kali menduduki posisi presiden dan ini juga sebenarnya diharapkan gestur politik terhadap Islam dan umat Islam sebetulnya diharapkan juga berpengaruh terhadap kebijakan Amerika terhadap Timur Tengah khususnya terkait dengan Palestina," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
"MUI pernah berharap perlunya perubahan cara pandang Amerika terhadap dunia yang lebih progresif lebih humanis, lebih peaceful di mana genosida aneksasi dan sikap-sikap imperialistik sebagaimana yang ditunjukkan oleh Israel itu benar-benar dihentikan oleh siapa pun," kata Sudarnoto.