Mungkinkah China Akan Menginvasi Taiwan?

20 November 2021 23:05 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jet tempur China. Foto: JOHANNES EISELE/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jet tempur China. Foto: JOHANNES EISELE/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kongres Amerika Serikat pada Rabu (17/11) ini menerima laporan terbaru soal konflik China-Taiwan. Disebutkan, China kini memiliki kemampuan untuk menginvasi Taiwan secara penuh.
ADVERTISEMENT
Dalam laporannya, Komisi Tinjauan Keamanan dan Ekonomi AS-China mengatakan Tentara Pembebasan Rakyat China (People’s Liberation Army, PLA) kini memiliki kemampuan untuk menerjunkan 25.000 pasukan di Taiwan untuk mendirikan pijakan awal.
Selain itu, potensi konflik semakin besar saat AS masuk dalam fase ketidakmampuan mencegah serangan China ke Taiwan.
Selain itu, China diketahui memperbanyak rudal jarak menengah yang mampu menjangkau Taiwan. Beberapa tahun sebelumnya, China hanya punya 30 rudal jarak menengah. Namun kini, ada sekitar 200 rudal jenis itu.
Kolase foto: Bendera China dan Taiwan. Foto: AFP
Belakangan ini, tensi antara China dan Taiwan semakin meningkat. Awal Oktober 2021 menjadi momen memanasnya konflik, ketika pesawat militer China memasuki zona identifikasi pertahanan Taiwan (ADIZ).
China melihat Taiwan sebagai bagian dari negaranya, sedangkan Taiwan mengakui dirinya adalah negara yang berdaulat. Sama-sama tak ingin mengalah, hal ini memicu pertanyaan: mungkinkah China menginvasi Taiwan?
ADVERTISEMENT

Ada Kemungkinan China Ambil Taiwan, Tetapi Tak Tahu Kapan

Dikutip dari Center on Foreign Relations (CFR), China hingga kini masih belum mengesampingkan kemungkinan untuk mengambil Taiwan “dengan paksaan, jika perlu”. Reunifikasi atau persatuan kembali Taiwan dan China masih tersemat dalam agenda Negeri Tirai Bambu.
Dalam laporan pada 2020, Kementerian Pertahanan AS mengatakan PLA “kemungkinan mempersiapkan diri untuk kontingensi, untuk menyatukan Taiwan dengan China daratan secara paksa.”
Kemudian, beberapa hari setelah pesawat China memasuki ADIZ Taiwan, Menteri Pertahanan Nasional Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan ketegangan militer antara kedua negara tengah berada di level terburuk dalam 40 tahun terakhir.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat hadir untuk menjalani pelantikan di Taipei, Taiwan, Rabu (20/5). Foto: Wang Yu Ching/Taiwan Presidential Office/Handout via REUTERS
“Bagi saya, sebagai orang militer, urgensi ini berada di depan saya,” kata Chiu pada 7 Oktober, sebagaimana dikutip dari Taipei Times.
ADVERTISEMENT
Chiu menambahkan, China memiliki kemampuan untuk menginvasi Taiwan. Militer China akan memiliki kemungkinan untuk melaksanakan invasi “skala penuh” pada 2025 mendatang.
“Pada 2025, China akan membawa pengeluaran dan pengurangannya ke level terendah. Mereka memiliki kapasitasnya sekarang, tetapi tak akan memulai perang dengan semudah itu. Mereka mempertimbangkan banyak hal lainnya,” jelas Chiu.
Sejumlah pakar mengutarakan pendapatnya soal invasi China ke Taiwan. Tentu, ada kemungkinan China akan melakukan invasi. Tetapi, kapan pastinya invasi tersebut terjadi tidak bisa diperkirakan.
CFR melaporkan pada Mei lalu, Komandan Militer AS di kawasan Indo-Pasifik memperingatkan China mungkin akan mencoba melakukan invasi pada dekade selanjutnya.
Presiden China Xi Jinping Foto: REUTERS/Aly Song
Sedangkan sejumlah pakar berpendapat, agresi tersebut tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Sedangkan, beberapa pakar berpendapat 2049 menjadi tahun yang “kritis”. Sebab, Presiden China Xi Jinping pernah menekankan, unifikasi dengan Taiwan sangatlah penting dalam misinya mencapai “Chinese Dream.”
ADVERTISEMENT
Pada “Chinese Dream” atau “Cita-cita China” tersebut, tujuan yang ingin tercapai adalah kembalinya status adikuasa China pada 2049.

Pertimbangan China

Sejumlah pakar memandang China memiliki banyak hal yang dipertimbangkan, jika ingin melakukan invasi ke Taiwan.
Profesor Bidang Keamanan dan Perkembangan Internasional University of Bradford, Owen Greene, dan Profesor Keamanan dan Hubungan Internasional University of Bradford, Christoph Bluth, memaparkan pemikirannya lewat artikel di The Conversation.
Menurut mereka, China memang bisa dengan mudah menyerang target di Taiwan lewat serangan udara dan juga rudal. Mereka juga bisa melancarkan serangan siber dan tentara Angkatan Laut mereka, untuk memutus hubungan Taiwan dari dunia internasional.
Kedatangan dua kapal dari China yang akan membantu evakuasi kapal selam KRI Nanggala-402. Foto: Dinas Penerangan Angkatan Laut
“Tetapi, ada dua sumber ketidakpastian. Pertama adalah, China mungkin belum siap untuk melancarkan serangan amfibi secara keseluruhan di pulau [Taiwan]. Operasi seperti itu kemungkinan dapat meregangkan kemampuan mereka, dan berakibat pada korban jiwa besar di dua sisi,” kata mereka.
ADVERTISEMENT
Pertimbangan lainnya adalah respons dari Amerika Serikat terhadap China. Seperti diketahui, AS memiliki kedekatan tersendiri dengan Taiwan. Bahkan, AS tak segan untuk “mendukung” Taiwan jika China memutuskan untuk menyerang.
“Di saat perencana militer di Beijing mungkin merasa tentara China sekarang memiliki superioritas lokal pada level tertentu, namun, masih belum diketahui pasti hingga sejauh apa AS akan meningkatkan konflik, ketika mereka mengerahkan dukungan kepada Taiwan,” kata Greene dan Bluth.
Kemudian, mengutip Penn Today milik University of Pennsylvania (Upenn) AS, dukungan dari sejumlah negara-negara terhadap Taiwan juga menjadi ancaman bagi China.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat mengucap sumpah jabatan saat pelantikan di Taipei, Taiwan, Rabu (20/5). Foto: Wang Yu Ching/Taiwan Presidential Office/Handout via REUTERS
Direktur Pusat Studi China Kontemporer Upenn, Jacques deLisle, dan Profesor Hukum dan Ilmu Politik Upenn, Stephen A. Cozen, mengatakan akan sulit bagi China untuk menginvasi Taiwan.
ADVERTISEMENT
“Itu akan sangat merugikan bagi China. Akan ada konsekuensi ekonomi dan kawasan yang serius; akan ada risiko eskalasi hingga ke konflik militer dengan Amerika Serikat,” kata mereka.

Perbandingan Kekuatan Militer China dan Taiwan

Mengutip Laporan Tahunan Kemenhan AS kepada Kongres, tampak ketidakseimbangan kekuatan militer antara kedua negara.
Dalam laporan yang bertajuk Perkembangan Keamanan dan Militer yang Melibatkan Republik Rakyat China, dalam Appendix I, dijelaskan perbandingan kekuatan militer China dan Taiwan pada Angkatan Darat, Laut, dan Udara.
Angkatan Darat (AD) PLA China memiliki sekitar 1.040.000 pasukan, sedangkan AD Pasukan Bersenjata Taiwan (Republic of China's Army, ROCA) hanya 88.000 orang.
Latihan Militer Tentara Taiwan Foto: REUTERS/Tyrone Siu
AD PLA China memiliki 6.300 tank, sedangkan AD ROCA Taiwan hanya 800 unit. Senjata artileri AD PLA China mencapai 7.000, sedangkan AD ROCA Taiwan 1.100 unit.
ADVERTISEMENT
Angkatan Laut (AL) PLA China memiliki 2 kapal induk, sedangkan Taiwan 0 unit. Kapal perang jenis perusak yang dimiliki AL China mencapai 32 unit, sedangkan Taiwan hanya 4 unit.
Kapal kelas Fregat milik AL PLA China mencapai 48 unit, sedangkan Taiwan 22 unit. Kapal pendarat tank milik AL PLA China berjumlah 57 unit, sedangkan AL ROCA Taiwan memiiki 14 unit.
Kapal selam AL PLA China berjumlah fantastis, yaitu 71 unit. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Taiwan, yang hanya memiliki dua unit.
Pesawat tempur milik Angkatan Udara (AU) China mencapai 1.600 unit, sementara ROCA Taiwan memiliki 400 unit. AU PLA China memiliki 450 unit pesawat pengebom, sedangkan ROCA Taiwan memiliki 0 unit.
ADVERTISEMENT
Pesawat angkut milik AU PLA China mencapai 400 unit, dan ROCA Taiwan hanya 30 unit.