Mutasi Ganda Sebabkan Tsunami Corona di India? Yuk Simak Penjelasan Ahlinya

23 April 2021 11:03 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja mengenakan alat pelindung diri (APD) melihat proses kremasi jenazah yang meninggal karena virus corona di sebuah krematorium, Mumbai, India, Kamis (15/4).  Foto: Francis Mascarenhas REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mengenakan alat pelindung diri (APD) melihat proses kremasi jenazah yang meninggal karena virus corona di sebuah krematorium, Mumbai, India, Kamis (15/4). Foto: Francis Mascarenhas REUTERS
ADVERTISEMENT
Tsunami kasus corona di India masih terus terjadi. Setelah sempat turun di Januari dan Februari 2021, kasus melesat tajam pada April.
ADVERTISEMENT
Bahkan sampai memecahkan rekor dunia pada Kamis (22/4). Tambahan kasus per hari sampai lebih dari 315 ribu orang.
Kematian pun terus melonjak. Kremasi massal jenazah COVID-19 pun mulai dilakukan.
Ada sejumlah faktor mengapa hal ini bisa terjadi. Utamanya soal masyarakat yang mulai abai protokol kesehatan, tak pakai masker dan tak jaga jarak saat festival keagamaan di Sungai Gangga salah satu peristiwanya.
Lantas, selain itu, apakah tsunami corona di India dipengaruhi juga dengan mutasi varian ganda? Isu yang selama ini dikaitkan karena varian B1617 membuat corona lebih cepat menular.
Berikut penjelasan ahli biomolekuler Riza Putranto terkait hal tersebut dalam akun Instagramnya yang dikutip kumparan, Jumat (23/4).
Varian "Mutasi Ganda" India memiliki nama resmi B.1.617 sesuai sistem PANGO.⁣ ⁣Varian B.1.617 membawa 13 titik mutasi di mana empat di antaranya terletak pada protein Spike.⁣
ADVERTISEMENT
⁣Empat mutasi utama di protein Spike adalah L452R dan E484Q (prediksi escape mutation) serta D614G dan P681R.⁣
Hubungan mutasi B1617 dengan tsunami corona di India. Foto: Riza Putranto
⁣Varian B.1.617 terdeteksi dengan prevalensi 61% sampel genom SARS-CoV-2 di India sejak April 2021.⁣
⁣Permasalahannya, sampling dan sekuensing genom kalah cepat dengan penularan SARS-CoV-2.
Prof. Gagandeep Kang, ⁣ Mikrobiolog dari Christian Medical College, Vellore mengatakan:
"Kita perlu melacak mutasi secara real-time. Saya khawatir tentang kualitas surveilans karena kami kewalahan dengan jumlah kasus. Data sekuensing, klinis dan epidemiologi harus disatukan untuk memahami bagaimana mutasi akan mempengaruhi." ⁣
⁣India baru melaporkan sekuen genom SARS-CoV-2 sebanyak 0,06% dalam basis data GISAID dari total kasus COVID-19 di mana 61%-nya adalah varian B.1.617 yang menunjukkan bahwa jumlah sekuen dibandingkan penularan di lapangan masih kalah jauh. ⁣
ADVERTISEMENT
⁣Artinya gambaran varian B.1.617 dalam dugaan berperan untuk peningkatan infeksi COVID-19 pada gelombang kedua masih perlu dianalisis lebih lanjut. ⁣
⁣Kejadian gelombang kedua di India menunjukkan pentingnya tetap menjaga 5M selama penularan masih berlangsung di dunia nyata. Kelengahan membuat India harus berjibaku dengan kasus yang meningkat pesat.⁣
Whole genome sequencing di India yang dilaporkan ke GISAID. Foto: Dok. Riza Putranto