Nadiem Klarifikasi soal Data Klaster PTM: Banyak Erornya

27 September 2021 20:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mendikbud Nadiem Makarim.
 Foto: dok. kemdikbud.go.id
zoom-in-whitePerbesar
Mendikbud Nadiem Makarim. Foto: dok. kemdikbud.go.id
ADVERTISEMENT
Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengklarifikasi tentang munculnya klaster COVID-19 akibat pembelajaran tatap muka (PTM) yang telah diberlakukan sejak bulan lalu.
ADVERTISEMENT
Sama seperti yang telah disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri, mengatakan bahwa data yang beredar merupakan kasus dari warga sekolah yang pernah tertular COVID-19 dan merupakan akumulasi selama 14 bulan, yakni sejak Juli 2020.
Berdasarkan Keterangan Pers Menko dan Menteri terkait Hasil Ratas PPKM, Senin (27/9), Mendikbudristek Nadiem Makarim menegaskan bahwa data tersebut keliru karena masih belum diolah, dan akhirnya berujung eror.
“Angka yang disebut 15.000 murid dan 7.000 guru positif COVID-19 itu berdasarkan data mentah yang banyak sekali erornya. Contohnya, banyak sekali yang melaporkan jumlah positif COVID-19 melampaui jumlah murid di sekolah-sekolahnya,” jelas Nadiem.
Sebagai solusi, Kemendikbudristek menginisiasi kolaborasi untuk menghindari data eror di masa yang akan datang. Pertama, dukungan terhadap program random sampling yang ingin dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagai upaya penelusuran kasus COVID-19 secara aktif (active case finding).
ADVERTISEMENT
“Kita akan ada kolaborasi dengan Kemenkes yang melakukan fasilitas random sampling, lalu kita akan secara spesifik menutup sekolah jika sudah melampaui 5 persen positivity rate. Jadi secara klinis dan statistik lebih akurat dan tidak merugikan,” lanjutnya.
Sedangkan untuk kolaborasi kedua, Nadiem ingin membuat sistem absensi terpadu dan terintegrasi bersama PeduliLindungi. Nantinya, aplikasi PeduliLindungi juga dapat menjadi alat monitor Kemendikbudristek terhadap dinamika kesehatan di sekolah-sekolah.
“Lalu yang kedua adalah tentang integrasi ke PeduliLindungi dan mengimplementasi itu di sekolah-sekolah kita. Itulah dua inisiatif besar kita untuk memastikan penyebaran COVID-19 di ranah pendidikan,” tutup Nadiem.