Nadiem: Sekolah Terapkan Belajar Tatap Muka 15%, 60% Universitas Masih Daring

20 Januari 2021 11:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman memastikan proses berlangsung sekolah tatap muka di wilayahnya. Foto: Dok. Humas Pemko Banda Aceh
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman memastikan proses berlangsung sekolah tatap muka di wilayahnya. Foto: Dok. Humas Pemko Banda Aceh
ADVERTISEMENT
Sejumlah pihak mendorong pemerintah untuk mengevaluasi Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri soal Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada semester genap tahun ajaran 2020/2021. Dorongan evaluasi ini semakin menguat karena kasus virus corona di Indonesia terus meningkat setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal ini, Mendikbud Nadiem Makarim menegaskan, kewenangan pembukaan pembelajaran tatap muka merupakan kewenangan pemda. Bahkan, orang tua siswa bisa memutuskan tak memberangkatkan anaknya untuk pembelajaran tatap muka jika masih khawatir dengan situasi pandemi.
Selain itu, Nadiem juga mengungkapkan persentase daerah yang sudah melakukan pembelajaran tatap muka masih rendah. Berdasarkan data yang dihimpun Kemendikbud, sekolah yang memberlakukan pembelajaran tatap muka hanya 15 persen.
Mendikbud Nadiem Makarim saat melakukan rapat kerja dengan Komisi X. Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan
"Yang melaksanakan belajar tatap muka sampe saat ini masih 15 persen. Kita lihat bahwa mayoritas di SD hanya 13,5 persen. Sebagai informasi lebih lanjut, terutama di kota-kota besar kita yang kasus COVID-nya tinggi, contohnya di DKI hanya melakukan tatap muka 1,2 persen, Surabaya 3 persen, Bandung 3 persen, Medan 6 persen dan Palembang 5 persen. Jadi di kota-kota besar, pemda mengambil langkah untuk mengantisipasi risiko," kata Nadiem dalam paparannya kepada Komisi X DPR, Rabu (20/1).
ADVERTISEMENT
"Jadi walau sudah memberikan otoritas kepada pemda, kemauan masih cukup rendah di beberapa daerah. Apalagi di daerah kota besar di mana penyebarannya lebih tinggi," lanjutnya.
Nadiem mengatakan, pembukaan pembelajaran tatap muka membutuhkan proses yang cukup lama. Sebab meski protokol kesehatan yang ketat harus dilakukan, namun daerah lebih memilih jalur yang lebih aman, yaitu melanjutkan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Ini mungkin salah satu alasan SKB 4 Menteri dikeluarkan untuk memberikan otoritas kepada pemda karena pembukaan belajar tatap muka sangat pelan dan meski COVID-19 meningkat, pemda bereaksi sesuai risiko untuk masing-masing daerah mereka," jelasnya.
Sejumlah siswa antre mencuci tangannya sebelum mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka di SD Negeri 26 Sukajadi, Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (7/9/2020). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO

60 Persen Perguruan Tinggi Masih Belajar Daring

Situasi yang sama terjadi di perguruan tinggi. Nadiem mengungkapkan, sampai saat ini masih banyak universitas yang belum siap pembelajaran tatap muka dan memilih pelanjutkan PJJ.
ADVERTISEMENT
"Ada hampir 60 persen masih melaksanakan full daring dan 44 persen mau melakukan hybrid learning, di mana beberapa hal butuh project base dan equipment datang ke sekolah, tapi teorinya lewat video conference lewat Zoom," ungkapnya.
Selain itu, kata Nadiem, Kemendikbud juga memberikan layanan untuk mahhasiswa. Di antaranya hibah beberapa tablet dan menyiapkan modul lengkap interaktif untuk mahasiswa semester 1 hingga semester 8.
"Kami melakukan pelatihan untuk lebih dari 286 ribu dosen dan literasi belajar daring untuk 400 ribu mahasiswa," pungkasnya.