Nasib Buruh Indonesia di Pusat Virus Corona di Korea Selatan
ADVERTISEMENT
Kota Daegu, Korea Selatan, mendadak menjadi kota mati setelah virus corona menyebar dengan cepat sejak Sabtu (22/2). Masyarakat Daegu pun terus meningkatkan kewaspadaan. Tak terkecuali bagi para buruh pabrik asal Indonesia yang menetap di sana.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, sejumlah buruh Indonesia mengaku masih harus bekerja. Padahal Daegu sudah menjadi pusat penyebaran utama virus corona di Korea Selatan.
Para buruh itu biasanya menetap di asrama-asrama yang telah disediakan oleh perusahaan tak jauh dari pabrik. Sehingga mereka bisa pulang-pergi bekerja dengan cepat.
"Pada umumnya, para buruh di Daegu tinggal di asrama dekat pabrik yang disediakan oleh perusahaan sehingga kontak dengan penduduk kota yang meningkatkan risiko corona bisa diminimalkan," kata seorang buruh produsen plastik di Daegu, Erik Priana, dilansir Antara, Senin (24/2).
Erik menceritakan banyak pemimpin pabrik di Daegu yang meminta para buruh untuk tidak keluar dari asrama dan mengunjungi pusat kota selama satu bulan terakhir.
Perusahaan tempat Erik bekerja bahkan menyediakan layanan titip belanja kepada para buruh yang membutuhkan bahan makanan.
ADVERTISEMENT
Namun, Erik sempat mencuri waktu untuk mengunjungi pusat kota pada akhir pekan ini. Dalam pantauannya, sudut-sudut yang biasa ramai kini sepi, toko-toko tutup sementara apotek tidak beroperasi.
"Restoran-restoran Indonesia di sini sangat berkurang pengunjungnya," kata dia.
Selain masih harus bekerja, buruh Indonesia di Daegu harus kehilangan sebagian penghasilan karena banyak produk pabrik di kota tersebut yang tidak bisa diekspor. Pasalnya, pasar global khawatir dengan penyebaran virus corona lewat barang yang diekspor.
"Karena pesanan berkurang, maka jam kerja juga berkurang. Upah pun turun tajam," kata dia.
Keadaan serupa diungkapkan oleh Daffi Syahputra, yang sudah bekerja selama hampir tiga tahun untuk produsen knalpot pemasok Hyundai di Daegu. Daffi juga harus berangkat bekerja pada Senin.
ADVERTISEMENT
"Selama ini saya hanya keluar kos untuk berangkat kerja dan keperluan mendesak," kata dia.
"Pabrik-pabrik di Daegu memang sangat perhatian mengenai corona karena ini menyangkut keselamatan bisnis mereka," kata pria berusia 23 tahun asal Jakarta itu.
KBRI Seoul mencatat ada 1.400 WNI yang tinggal di Daegu. KBRI Seoul pun siap apabila harus menjalankan opsi evakuasi bagi para WNI itu.
"Terkait evakuasi, pada dasarnya KBRI siap untuk menghadapi kondisi apapun, termasuk jika nantinya harus evakuasi," kata Koordinator Urusan Sosial Budaya dan Diplomasi Publik KBRI Seoul, Priyanto Mawardi, saat dihubungi kumparan, Senin (24/2).
KBRI Seoul pun terus berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk memantau kondisi terkini penanganan virus corona.
Jika ada satu saja buruh yang terindikasi terjangkit virus corona, pabrik tempat dia bekerja harus berhenti beroperasi selama satu pekan untuk disterilkan. Menurut Daffi, kondisi ini akan membuat pabrik merugi.
ADVERTISEMENT
Daegu dalam tiga hari terakhir mengalami lonjakan pasien wabah virus corona. Dalam hitungan hari, ratusan pasien baru yang positif terjangkit virus corona terus bertambah.
Sejauh ini, pasien virus corona di seluruh Korea Selatan bertambah 161 orang dari hari sebelumnya menjadi 763. Semua tambahan kasus itu berasal dari Daegu. Selain Daegu, Gyongsang Bukdo menjadi daerah khusus penanganan virus corona di Korea Selatan.
Atas kondisi ini, Korea Selatan menjadi negara penderita virus corona terbesar di luar China. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pun telah meningkatkan status kewaspadaan ke level merah.
Penyebaran virus corona di Korea Selatan bermula dari seorang jemaat Gereja Yesus Shincheonji di Kota Daegu. Pada Senin (24/2), sebanyak 129 orang di kota tersebut positif virus corona.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT