Nasionalis Israel Pawai di Yerusalem Timur, Palestina Rencanakan Hari Kemarahan

15 Juni 2021 13:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Parade Bendera memperingati Hari Yerusalem di Israel. Foto: REUTERS/Nir Elias
zoom-in-whitePerbesar
Parade Bendera memperingati Hari Yerusalem di Israel. Foto: REUTERS/Nir Elias
ADVERTISEMENT
Kelompok nasionalis sayap kanan Israel akan melakukan pawai di Yerusalem Timur pada Selasa (15/6/2021), setelah mendapatkan izin dari pemerintahan baru yang dipimpin Naftali Bennett.
ADVERTISEMENT
Pawai ini dikhawatirkan akan mengundang perselisihan dengan warga Palestina di Yerusalem Timur dan berpotensi memicu kembali meletusnya konflik antara Israel dengan Hamas.
Faksi Palestina melihat pawai ini sebagai sebuah bentuk provokasi. Mereka merencanakan adanya “Hari Kemarahan” di Gaza dan Tepi Barat.
Anggota Brigade Ezz-Al Din Al-Qassam, sayap bersenjata gerakan Hamas Palestina, ambil bagian dalam parade militer di Rafah di Jalur Gaza Foto: Said Khatib / AFP
Hamas, faksi Palestina yang berkuasa di Gaza, pun langsung turun tangan memperingatkan adanya kemungkinan korban jiwa berjatuhan jika Israel tetap kukuh melaksanakan pawai tersebut.
“Kami memperingatkan adanya konsekuensi berbahaya yang mungkin terjadi akibat diizinkannya para pendatang ekstremis Israel untuk melakukan Pawai Bendera di Yerusalem esok hari,” tegas Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, di akun Twitternya pada Senin (14/6).

Pawai Bendera oleh Nasionalis Israel

Pawai dijadwalkan akan berlangsung pada Selasa (15/6) pukul 18.30 waktu setempat, atau sekitar pukul 22.30 WIB di Kota Tua Yerusalem. Acara ini telah disetujui langsung oleh Menteri Keamanan Internal Israel.
ADVERTISEMENT
Rute resmi pawai tersebut masih belum diumumkan. Media Israel mengabarkan bahwa polisi akan mengizinkan peserta untuk berkumpul di luar Gerbang Damaskus Kota Tua Yerusalem, tetapi tak akan mengizinkan mereka untuk masuk ke Kompleks Masjid Al-Aqsa.
PM Palestina Mohammad Shtayyeh. Foto: Abbas Momani/ AFP
Jika ada pergantian rute atau pembatalan pawai, ini dianggap menimbulkan kesan bahwa koalisi Bennett memberikan hak veto bagi Hamas untuk mengontrol acara-acara yang berlangsung di Yerusalem.
“Sudah tiba waktunya untuk Israel mengancam Hamas, bukan Hamas yang mengancam Israel,” ucap seorang anggota parlemen Israel penganut sayap kanan, Itamar Ben-Givr.
Orang-orang berselebrasi setelah parlemen Israel memberikan suara dalam pemerintahan koalisi baru, di Rabin Square di Tel Aviv, Israel, Minggu (13/6). Foto: Corinna Kern/REUTERS
Sebelumnya, pada pawai nasionalis yang berlangsung pada 10 Mei lalu, dilakukan perubahan rute pada menit-menit terakhir, sehingga peserta pawai tak bisa memasuki area umat Islam di Kota Tua.
ADVERTISEMENT
Ini memicu kemarahan para nasionalis Israel, menuduh pemerintah terlalu menuruti keinginan Hamas.
Mereka akhirnya menjadwalkan ulang pawai bendera tersebut usai adanya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

‘Hari Kemarahan’ Palestina

Demonstrasi warga Palestina menolak pawai Israel direncanakan berlangsung pada 18.00 waktu setempat, atau pukul 22.00 WIB, di Jalur Gaza.
Faksi Fatah Presiden Palestina dan Hamas telah mengajak warga Palestina untuk memenuhi Kota Tua Yerusalem demi menahan pawai tersebut.
“Tensi kembali meningkat di Yerusalem, di tengah-tengah keamanan dan waktu politik yang sangat rentan serta sensitif, ketika PBB dan Mesir tengah memperkuat gencatan senjata,” ujar Delegasi Timur Tengah PBB, Tor Wennesland.
Suasana perayaan anti-Israel di Jalur Gaza utara, Minggu (30/5). Foto: Mohammed Salem/Reuters
“Perintahkan seluruh pihak terkait untuk bertindak secara bertanggung jawab dan hindari provokasi apa pun yang bisa berujung pada babak baru konfrontasi,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Militer Israel dikabarkan tengah melakukan persiapan, berjaga-jaga jika nantinya terjadi eskalasi di Gaza akibat pawai tersebut. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yerusalem juga sudah mengingatkan warganya untuk menjauhi Kota Tua.
Seperti diketahui, Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota mereka.
Yerusalem Timur sendiri sudah dicaplok oleh Israel usai perang yang terjadi pada tahun 1967. Pendudukan oleh Israel ini tidak mendapatkan pengakuan secara internasional.