Netanyahu Tolak Kesepakatan dengan Hamas, Bersumpah Tetap Serang Rafah

1 Mei 2024 9:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Debbie Hill/Pool/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto: Debbie Hill/Pool/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bersumpah akan melanjutkan serangan yang telah lama dijanjikan di kota Rafah. Sikapnya itu terlepas dari apa pun tanggapan Hamas terhadap usulan untuk menghentikan pertempuran, Selasa (30/4).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, sempat muncul harapan bahwa gencatan senjata akan segera tercapai usai Mesir kembali memimpin perundingan yang terhenti antara Israel dan Hamas.
Namun, Netanyahu mengatakan bahwa dengan atau tanpa kesepakatan, Israel bermaksud untuk melanjutkan operasi untuk menghancurkan formasi tempur Hamas yang tersisa di Rafah.
“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya adalah mustahil,” tegas PM Israel itu, seperti dikutip dari Reuters.
“Kami akan memasuki Rafah dan melenyapkan batalyon Hamas di sana – dengan atau tanpa kesepakatan, untuk mencapai kemenangan total,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv pada Selasa (30/4). Dia mengatakan, pihaknya masih belum melihat rencana yang masuk akal untuk operasi Israel di Rafah.
ADVERTISEMENT
Menteri Luar Negeri Prancis, Stephane Sejourne, juga telah mengingatkan Netanyahu bahwa melanjutkan operasi Rafah akan menjadi ide buruk yang tidak akan menyelesaikan apa pun.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (2-kiri) memimpin rapat kabinet mingguan di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv pada 7 Januari 2024. Foto: Ronen Zvulun / POOL / AFP
Dikutip dari Reuters, orang kepercayaan Netanyahu mengatakan, Israel telah menunggu Hamas untuk menanggapi proposal gencatan senjata terbaru yang diajukan oleh Mesir.
Namun, hingga kini belum ada tanda-tanda mufakat. Hamas menuntut bahwa kesepakatan apa pun harus menjamin penarikan pasukan dan diakhirinya operasi Israel di Gaza secara permanen.
“Kami tidak bisa mengatakan kepada rakyat kami bahwa pendudukan akan tetap ada atau perlawanan akan dilanjutkan setelah Israel mendapatkan kembali tahanannya,” kata seorang pejabat Palestina.
“Rakyat kami ingin agresi ini diakhiri,” tegasnya.
Bagi Netanyahu, tindakan apa pun tetap akan dipengaruhi oleh perpecahan dalam kabinet koalisinya. Beberapa menteri telah mendesak untuk memulangkan setidaknya sebagian dari 133 sandera Israel yang tersisa di Gaza. Namun, ada juga kelompok yang bersikeras melakukan serangan yang telah lama dijanjikan terhadap sisa batalyon Hamas di Rafah.
ADVERTISEMENT