New Normal di Yogya pada Juli Bisa Mundur Jika Masyarakat Masih Bandel

8 Juni 2020 16:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekda DIY, Kandarmanta Baskara Aji. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sekda DIY, Kandarmanta Baskara Aji. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mewacanakan new normal atau konsep tatanan hidup baru diterapkan pada Juli mendatang atau setelah masa Tanggap Darurat COVID-19 berakhir.
ADVERTISEMENT
Namun, tampaknya kebijakan new normal di DIY bisa saja mundur. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang bandel tidak taat protokol kesehatan.
"Ya (new normal) bisa mundur. Kita itu kan sudah kosong, kosong, paling dua (penambahan kasus positif corona). Dua saja dari imported case," kata Sekda DIY Kandarmanta Baskara Aji di kantornya, Senin (8/6).
Aji menjelaskan, selain soal tingkat penularan, salah satu pertimbangan new normal adalah perilaku masyarakat. Dia menegaskan saat ini status tanggap darurat masih berlaku di Yogyakarta, sehingga masyarakat juga tidak boleh abai.
Wati, pedagang kaki lima (PKL) Malioboro dengan masker dan pelindung di wajahnya menata pakaian daganganya di kawasan Jalan Malioboro, Yogyakarta. Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
"Jadi saya mendapat informasi termasuk beberapa video yang disampaikan ke kita bahwa 1-2 hari kemarin itu banyak kerumunan di beberapa tempat ada di depan-depan pasar, di Malioboro, di Tugu, di Titik Nol KM," ungkap Aji.
ADVERTISEMENT
"Saya kira ini perlu jadi perhatian masyarakat kita tidak boleh dengan rencana pusat ada new normal itu, sekarang DIY masih dalam tanggap darurat. Posisi status tanggap darurat ada larangan orang berkerumun," lanjutnya.
Ia menjelaskan, perilaku masyarakat pada akhir pekan lalu yang meramaikan sejumlah titik di Yogya bisa menimbulkan persoalan. Banyak masyarakat yang kedapatan tidak menjaga jarak dan menggunakan masker.
"Ini tentu jadi masalah. Kalau penularan di situ persoalan utama kita tidak bisa tracing. Susah sekali tracing," ucap dia.
Pihaknya memahami lamanya waktu berdiam di rumah saja menimbulkan kejenuhan. Namun, Aji mengingatkan yang harus dipahami dari new normal adalah bukan untuk memunculkan kerumunan, namun membuka kembali perekonomian secara bertahap.
"Bukan dalam rangka seperti itu (kerumunan) tetapi kita buka ekonomi kita buka UMKM. Jalan dengan protokol kesehatan dengan baik," kata Aji.
ADVERTISEMENT
Masyarakat sebenarnya tidak dilarang untuk olahraga. seperti bersepeda, tetapi jangan berhenti dan membuat kerumunan. Begitu pula kepada para pedagang. Aji meminta masyarakat tetap patuh protokol kesehatan jika tidak ingin tertular virus corona.
"Kalau orang mau butuh olahraga, kalau sepedaan jangan berhenti berkerumun. Jadi jalan saya kira enggak ada masalah," tuturnya.
Warga beraktifitas di dekat bangku pedestrian Malioboro, DI Yogyakarta, Sabtu (9/5/2020). Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiansyah
Selain wacana memundurkan new normal, jika masyarakat tetap membandel, bukan tidak mungkin kawasan yang ramai dikunjungi seperti Malioboro ditutup kembali. Bahkan, tidak perlu menunggu kasus virus corona baru untuk menutup kawasan Malioboro.
"Peringatan kalau sampai nanti ada kejadian masyarakat enggak disiplin itu bisa jadi kebijakan. Enggak nunggu kasus (kalau) enggak disiplin (protokol kesehatan) bisa jadi ditutup. Kalau prediksi bisa jadi kasus bisa lakukan itu (penutupan)," tegas Aji.
ADVERTISEMENT
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.