Orang Kaya dan Berpendidikan Tinggi Ternyata Lebih Rentan Mengalami Obesitas

11 Juli 2024 16:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi obesitas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi obesitas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semakin kaya seseorang rupanya berkorelasi dengan berat badan berlebih atau obesitas. Itu dapat dilihat dalam Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dirilis Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei tersebut, prevalensi obesitas yang dialami orang dewasa secara nasional ada di angka 23,4 persen. Nah, orang yang berasal dari ekonomi kelas atas memiliki prevalensi obesitas mencapai 30,5 persen.
Sementara itu, prevalensi obesitas orang yang ekonominya terbawah justru ada di angka 14,3 persen. Sementara orang dengan ekonomi menengah ke bawah ada di angka 19,3 persen.
Menariknya lagi, survei Kemenkes itu juga melihat prevalensi obesitas dalam kaitannya dengan tingkat pendidikan. Terungkap bahwa orang yang berpendidikan tinggi lebih rentan mengalami obesitas.
Data di atas menunjukkan bahwa prevalensi obesitas orang dengan pendidikan tinggi mencapai 29,6 persen. Sementara itu, prevalensi obesitas tamatan SMA ada di angka 23,6 persen.
Nah, prevalensi obesitas orang-orang yang tidak pernah sekolah ada di angka 15,7 persen. Sementara orang yang tidak tamat SD ada di angka 19,6 persen.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Kemenkes menargetkan prevalensi obesitas nasional tetap di angka 21,8 persen.

Bukan Semata-mata karena Karbo

Menurut dosen Ilmu Gizi Universitas Indonesia (UI), Wahyu Kurnia, faktor yang menyebabkan obesitas bukan hanya kelebihan karbohidrat. Hal itu, kata dia, merupakan pemahaman yang perlu diluruskan.
"Menurut saya kadang ada persepsi yang kurang tepat. Ada yang mengatakan, oh, kalau gitu konsumsi karbonya biasa saja, tapi nanti konsumsi proteinnya diperbanyak begitu ya. Karena kan dia protein, tidak jadi lemak. Sebenarnya itu konsep yang kurang tepat, karena apa pun yang kita makan dan kemudian berlebih, maka dia akan dikonversi menjadi cadangan," jelas Wahyu saat dihubungi kumparan, Rabu (10/7).
Wahyu Kurnia, Dosen FKM UI. Foto: Dok. Pribadi/Wahyu Kurnia
Wahyu menegaskan, zat gizi seperti karbohidrat ataupun protein berlebih tetap akan menghasilkan lemak dalam tubuh.
ADVERTISEMENT
" Jadi intinya adalah jangan berlebihan untuk jenis gizi apa pun. Karena kalau kelebihan, terutama yang set gizi makro yaitu karbohidrat, protein itu nantinya dalam tubuh akan dikonversi menjadi lemak," sambungnya.
Jika sudah mengalami obesitas, kata Wahyu, sebaiknya seseorang mulai mengatur pola makan seperti mengurangi makanan berminyak.
"Berikutnya adalah modifikasi dalam cara pengolahan makanan atau pemilihan menu makanannya. Biasanya yang mengalami kelebihan berat badan itu kalau dilihat riwayat makannya akan lebih cenderung memilih menu dengan model pengolahan yang banyak minyak. Kita bisa mulai dengan mengurangi gorengnya dan memperbanyak menu yang rendah penggunaan minyak, misalkan yang dikukus, dipepes, direbus," pungkasnya.