Pakar UGM: Social Distancing Bisa Sampai 2022, Kita Harus Adaptasi

22 April 2020 22:23 WIB
comment
23
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Koordinator Tim Respons Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Koordinator Tim Respons Covid-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Koordinator Tim Respons COVID-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad ,sepakat dengan riset Harvard University T.H Chan School of Public Health yang menyebut social distancing karena virus corona bisa berlaku hingga 2022. Menurutnya yang perlu dilakukan saat ini adalah beradaptasi.
ADVERTISEMENT
"Kalau sudah membaca ilmuwan Harvard mengatakan social distancing itu akan bisa sampai 2022. Kecuali kalau kita bisa mendapatkan vaksin yang bisa memproteksi seluruh populasi," ujar Doni, sapaan Riris Andono Ahmad, saat ditemui di Kantor BPBD DIY, Rabu (22/4).
Dia mengatakan masyarakat harus mulai beradaptasi dengan pandemi yang terjadi saat ini. Menurutnya, corona ini tidak seperti antraks atau demam berdarah yang outbreak atau wabahnya cenderung sikat.
Ilustrasi positif terkena virus corona. Foto: Shutter Stock
"Yang perlu mulai kita internalisasi bahwa kita mulai harus beradaptasi dengan penyakit ini sampai beberapa waktu ke depan," katanya.
Koordinator Tim Respons COVID-19 UGM itu mengatakan penyebaran virus corona ini tidak secepat yang dibayangkan. Penularan dari generasi pertama (G1) yang merupakan imported case cenderung masih banyak dibanding generasi kedua (G2) hingga generasi ketiga (G3)
ADVERTISEMENT
"Kalau bisa menghentikan maka itu akan terhenti. Nah kalau kita biarkan tanpa ada apapun dia semakin meningkat bisa jadi akan arahnya mau tidak mau arahnya herd immunity. Tapi dengan situasi terkontrol. Kalau tidak melakukan ataupun herd immunity bisa tercapai cepat tapi korban terlalu besar," katanya.
Penumpang duduk di bangku yang telah diberi stiker panduan jarak antarpenumpang di rangkaian gerbong kereta LRT, Palembang. Foto: AFP/Abdul QODIR
Menurutnya, paling efektif tetap pada sosial distancing maka reduksi transmisi dari waktu ke waktu.
"Yang diprediksikan ilmuwan Harvard kita perlu social distancing cukup lama satu dua tahun ke depan. Sampai kemudian besar populasi tersebar mencapai herd immunity kemudian menjadi seperti flu biasa," ujarnya.
Herd immunity ini menurut Doni, merupakan salah satu skenario yang patut dipikirkan pemangku kebijakan selain juga menemukan vaksin yang efektif. Penemuan vaksin pun tentu bukan tanpa persoalan. Masih perlu dipikirkan seperti skala produksi vaksin dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
"Tapi isunya tidak hanya ditemukan vaksin tapi skala produksinya bagaimana. Mungkin dari sisi praktis pengambil kebijakan sebagainya perlu skenario (herd immunity). Ini adalah bencana one time tetapi kita mengubah mindset bagaimana beradaptasi situasi ini setahun dua tahun ke depan. Itu bagian dari skenario yang perlu kita lihat," kata Doni.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.