news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pandu Riono: Kasus Corona Sesunggunya dengan yang Dilaporkan Jauh Banget

13 Juni 2021 14:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Ahli epidemiologi FKM UI Pandu Riono kembali mengkritisi soal data yang disampaikan pemerintah terkait dengan jumlah COVID-19. Menurutnya, ada ketimpangan jumlah data antara yang dilaporkan dengan data yang sesungguhnya di lapangan.
ADVERTISEMENT
"Jadi misalnya kalau kita bisa melihat hasil survei Indonesia yang dilakukan teman kita dari epidemiolog itu angka yang sesungguhnya terinfeksi dengan angka yang sudah terkonfirmasi itu jauh banget," kata Pandu dalam webinar FKM UI, Minggu (13/6).
"Dan banyak yang terinfeksi tapi tak terdeteksi oleh sistem pelayanan kesehatan kita," tambahnya.
Saat ini kasus positif di Indonesia sudah menyentuh 1,9 juta. Namun Pandu tak merinci sejauh mana perbedaan data yang dimaksud.
Hal itu juga dipengaruhi oleh kemampuan testing dalam negeri yang sangat terbatas. Ditambah dengan banyak masyarakat terpapar COVID-19 tanpa merasakan gejala apa pun.
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
"Karena kemampuan testing kita dari awal sampai sekarang masih terbatas dan sebagian besar tak bergejala. Itu jadi problem lain," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dia bahkan meluruskan laporan Satgas COVID-19 yang selalu diumumkan setiap hari itu tidak akurat. Sebab, masih ada antrean kasus di laboratorium yang belum dimasukkan dalam data harian saat itu
"Kalau Satgas hari ini sekian itu bukan kasus harian walaupun dia ngomong kasus hari ini. Bukan hari ini itu adalah hasil lab," jelasnya.
"Kenapa? Terlambat. Antrean kasus itu masih ada. Antrean sampel yang masih diperiksa masih ada sehingga kita selalu terlambat," tambahnya.
Bahkan, dari penilaiannya bahwa hal itu jauh lebih parah pada awal pandemi COVID-19. Saat itu, Indonesia pun masih penyesuaian penanganan COVID-19.
"Jadi kalau kita lihat pada awal pandemi itu secara nasional kemampuan testing tak merata di setiap wilayahnya angkanya seperti ini. Tapi polanya seperti ini," katanya.
ADVERTISEMENT