Pandu Riono Soroti Klaim Vaksin Nusantara Murah: Kultur Sel Dendritik USD 8.000

26 Februari 2021 10:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pandu Riono. Foto: Dok. Pandu Riono
zoom-in-whitePerbesar
Pandu Riono. Foto: Dok. Pandu Riono
ADVERTISEMENT
Epidemiolog UI Pandu Riono kembali mempertanyakan sejumlah hal terkait pengembangan vaksin corona Nusantara yang digagas eks Menkes Terawan Agus Putranto.
ADVERTISEMENT
Salah satunya soal izin resmi riset di Indonesia karena penanggung jawab penelitian vaksin Nusantara berbasis sel dendritik tersebut dari Amerika Serikat (AS).
"Penelitinya dan penanggung jawab resmi memang dari Amerika Serikat ya. Adakah izin resmi melakukan riset di RS Kariadi? Apakah Lab yang digunakan juga sudah ada izin kelayakan? Banyak yang perlu dijelaskan oleh Balitbangkes, BPOM RI, dan Kemenkes," kata Pandu di akun Twitternya yang dikutip kumparan, Jumat (26/2).
Pandu sudah mengizinkan kumparan mengutip twitnya.
Vaksin Nusantara memang merupakan kerja sama antara PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bersama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat, Universitas Diponegoro (Undip), dan juga RSUP Dr Kariadi.
Penandatangan kerja sama di antara pihak terkait sudah dilakukan pada tahun 2020. Saat itu Terawan turut menyaksikan prosesnya. Dua bulan setelah penandatanganan, Terawan digeser dari kursi menkes.
Penandatanganan perjanjian kerasama uji klinik vaksin antara Badan Litbang Badan Kesehatan dan PT Rama Emerald Multi Sukses pada 22 Oktober 2020 disaksikan Menkes Terawan. Foto: Dok. Litbang.kemkes.go.id
"Riset Vaksin berbasis sel dendritik dikoordinasikan oleh dr. Slamet, MHP, Kepala @litbangkemenkesdg Surat Keputusan Menkes. Pendanaan dibebankan pada DIPA dan Sponsor. Dr.Taruna Ikrar dari AIVITA rupanya tidak lagi terlibat langsung kegiatan riset tersebut," tutur Pandu.
ADVERTISEMENT
Kata Pandu, hasil Uji Klinis Fase 1 vaksin dendritik masih dievaluasi oleh @BPOM_RI. Dengan demikian, sebaiknya tidak ada klaim berlebihan terlebih dahulu dari pihak mana pun
"Sudah diklaim Terawan dkk bahwa hasilnya baik pada 27 subjek riset. Mungkin saja uji klinis tidak bisa lanjut karena imunogenity dinilai kurang memuaskan atau faktor lain. Diharapkan minggu ini akan diumumkan," jelas Pandu.
Terawan juga sempat menyebut vaksin Nusantara bisa untuk penderita komorbid karena sel dendritik bersifat personalized. Ia juga menyebut harga vaksin ini sekitar Rp 140 ribu, sangat murah.
Namun menurut informasi yang didapat Pandu, yang terjadi kenyataannya berbeda.
"Ada yang bilang vaksinasi dendritik itu murah, tetapi tidak pernah proses terapi atau vaksinasi yang "personalized" itu mudah dan murah. Informasi yang beredar AIVITABio mempunyai kalkulasi yang sangat mahal untuk prosedur standar sel dendritik, yaitu USD 8.000 (Rp 133 juta)," tutup Pandu.
ADVERTISEMENT
Jadi untuk harga vaksinnya pun diduga tidak akan semurah itu.