Panduan Prokes untuk Pembukaan Sekolah dan Kampus Tatap Muka

25 Februari 2021 14:15 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guru memeriksa suhu tubuh murid saat hari pertana masuk sekolah di SDN 11 Marunggi, Pariaman, Sumatera Barat. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Guru memeriksa suhu tubuh murid saat hari pertana masuk sekolah di SDN 11 Marunggi, Pariaman, Sumatera Barat. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Proses vaksinasi corona bagi guru, dosen dan tenaga pendidik sudah dimulai. Dengan dimulainya vaksinasi ini, maka diharapkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan kampus sudah bisa dimulai pada tahun ajaran baru Juli mendatang.
ADVERTISEMENT
Pembukaan sekolah dan kampus ini tetap harus dimulai dengan simulasi, untuk memastikan protokol kesehatan COVID-19 tetap dilaksanakan.
Dirjen PAUD dan Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri, menyampaikan pembukaan sekolah ini tetap akan dilakukan bertahap dan tidak akan langsung seluruhnya tatap muka.
"Dibuka seluruhnya serentak, tapi dengan bertahap dan tidak tatap muka murni. Misalnya, separuh kelas, seminggu anak sekolah 2-3 hari saja dan dengan protokol kesehatan ketat. Setelah vaksinasi selesai, guru-guru diharap masuk karena anak-anak sudah lelah dan jenuh di rumah, berat banget. Siswanya berat, orang tuanya berat," jelas Jumeri kepada kumparan, Kamis (25/2).

Apa saja protokol kesehatan yang mesti disiapkan sekolah sebelum membuka kembali kegiatan belajar mengajar?

Siswi mencuci tangan sebelum masuk kelas saat hari pertama masuk sekolah pembelajaran tatap muka di SMAN 1 Mataram, NTB, Senin (4/1/2021). Foto: Ahmad Subaidi/ANTARA FOTO
"Kalau sekolah untuk prokesnya wajib menyediakan tempat cuci tangan dan memiliki persediaan masker, jika [milik] anak-anak tertinggal atau rusak. Secara umum juga mengatur jarak meja kelas supaya tidak berdempetan," kata Jumeri.
ADVERTISEMENT
"Kemudian koordinasi dengan fasyankes setempat supaya bisa memberi pertolongan jika terjadi keadaan darurat," tutur dia.
Jumeri juga meminta anak-anak untuk berani masuk sekolah dengan prokes ketat. Para guru juga diminta ikut memberikan motivasi agar bisa sama-sama menjaga kesehatan selama proses belajar berlangsung.

Bagaimana jika ada murid atau guru yang diduga sakit atau terinfeksi corona?

Siswa SMP Negeri 6 Jayapura dengan masker di wajahnya berjalan meninggalkan sekolah usai melakukan pendaftaran ulang pada hari pertama sekolah di Jayapura. Foto: Gusti Tanati/ANTARA FOTO
Kemendikbud juga meminta pihak sekolah untuk tetap waspada dan menyiapkan penanganan jika terjadi kondisi darurat. Misalnya, ada murid atau guru yang tiba-tiba sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Misalnya kejadian ada anak sakit bisa dilarikan ke rumah sakit dan semuanya, atau gurunya sakit juga demikian. Dan harus siap tracing," ujar Jumeri.
Maka dari itu, jika masih ada orang tua yang khawatir anaknya masuk sekolah tatap muka, maka pihak sekolah dapat tetap memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Atau sekolah bisa juga memberlakukan blended learning, yakni siswa bercampur sekolah tatap muka dan PJJ.
ADVERTISEMENT

Siswa-siswi Bisa Disiapkan Transportasi

Guru memberikan pengarahan kepada murid saat hari pertama masuk sekolah di SDN 11 Marunggi, Pariaman, Sumatera Barat. Foto: Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO
Jumeri memahami pembukaan sekolah yang sudah berlangsung di beberapa daerah ini tidak menutup kemungkinan masih terjadi penyebaran virus corona.
Dari situlah, perlu dipastikan anak-anak bisa pergi dan pulang dari sekolah dengan aman dari penularan COVID-19. Apa yang bisa dilakukan?
"Daerah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan untuk memastikan transportasi kita semakin aman. Kalau ada anak-anak kesulitan mengakses transportasi, dan orang tua juga tidak bisa mengantar, dia  bisa tidak datang ke sekolah dulu," kata Jumeri.
Dirjen PAUD dan Dikdasmen Kemendikbud Jumeri. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
"Memang enggak gampang, anak-anak kan. Jadi kita terus berikhtiar memberi advokasi ke guru, orang tua, dan anak-anak," imbuh dia.
Dengan protokol yang dinilai ketat ini, pihaknya berharap kegiatan belajar mengajar di sekolah dan kampus bisa berjalan normal kembali. Meski ancaman COVID-19 masih ada, Jumeri yakin penularan dapat dihindari dengan melakukan prokes ketat.
ADVERTISEMENT
"Terus kemudian kita takut anak-anak kita kehilangan kesempatan belajar yang baik. Karena belajar di sekolah lebih baik," pungkas Jumeri.
ADVERTISEMENT