Panglima TNI: Babinsa-Bhabinkamtibmas Harus Bersatu Cegah Radikalisme

7 Juni 2018 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hadi Tjahjanto safari Ramadhan di Yogya (Foto: Puspen TNI)
zoom-in-whitePerbesar
Hadi Tjahjanto safari Ramadhan di Yogya (Foto: Puspen TNI)
ADVERTISEMENT
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan safari Ramadan di Yogyakarta, Kamis (7/6). Acara yang berlokasi di Hanggar Skadik 101 Lanud Adisutjipto, Yogyakarta ini diikuti prajurit TNI dan Polri, Taruna AAU, tokoh agama, serta anak yatim-piatu.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Hadi menjelaskan bahwa Bintara Pembina Desa (Babinsa) TNI dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) Polri memiliki peran penting dalam upaya mencegah radikalisme. Sebab Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang merupakan garda terdekat dengan masyarakat harusnya bisa mendeteksi sejak dini paham tersebut.
Hadi berharap keduanya bisa bersinergi dalam upaya menangani radikalisasme tersebut. "Babinsa dan Bhabinkamtibmas merupakan unsur sentral mencegah radikalisme," tegas Hadi.
Hadi Tjahjanto di Safari Ramadan Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hadi Tjahjanto di Safari Ramadan Yogyakarta. (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
Ia mengaku sangat prihatin atas serangkaian teror yang terjadi belum lama ini. Tindakan teror itu, kata dia, bertentangan dengan semangat bulan Ramadan yang suci, bulan untuk memerangi hawa nafsu serta untuk meningkatkan ibadah.
"Tindakan tersebut (teror) bertentangan dengan semangat Ramadhan, merusak dakwah dan pandangan tentang Islam," kata Hadi.
ADVERTISEMENT
"Radikalisme itu dari pemahaman yang salah, berkembang ke intoleransi dan berujung terorisme," jelasnya.
Akan tetapi, Hadi menegaskan paham radikalisme bisa dicegah apabila seluruh elemen masyarakat tidak abai pada lingkungan serta memiliki wawasan luas. Seperti pesan surat pertama Al-Quran yang memerintahkan untuk membaca. Maka, kata dia, umat Islam juga harus bisa memahami Islam secara utuh.
"Kita tidak boleh terjebak pada pandangan sempit yang bertentangan pada perintah membaca tersebut," terangnya.