Para Menteri OKI Akan Kunjungi Kamp Rohingya di Bangladesh

3 Mei 2018 16:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Wanita Rohingya. (Foto: AFP/Ed Jones)
Menteri Luar Negeri negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) direncanakan mengunjung kamp pengungsian Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh. Kunjungan dilakukan sehari sebelum Konferensi Tingkat Menteri (KTM) OKI digelar di Dhaka, dari 5-6 Mei 2018.
ADVERTISEMENT
"Sebelum melakukan KTM, akan dilaksanakan kunjungan oleh anggota OKI, Contact Group Rohingnya akan melakukan kunjungan ke Cox's Bazar. Kunjungan dilakukan 4 Mei," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir di Kantor Kemlu, Jakarta Pusat, Kamis (3/5).
Arrmanantha menyebut, lawatan tersebut ditujukan agar negara anggota OKI bisa melihat kondisi pengungsi Rohingya yang sebenarnya. Delegasi Indonesia baik dalam lawatan ke kamp pengungsi Rohingya mau pun KTM OKI akan dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri, A.M. Fachir.
Wakil Menteri Luar Negeri, Abdurrahman M. Fachir (Foto: Selfy Momongan/kumparan)
"Mereka akan melakukan kunjungan ke Cox's Bazar untuk melihat secara langsung apa yang dihadapi oleh Bangladesh, dengan adanya pengungsi yang cukup besar dari Rakhine State yang masuk ke wilayah Bangladesh," ujar Arrmanatha.
Sedikitnya 750 ribu warga Rohingya kabur dari Rakhine, di Myanmar, sejak Agustus tahun lalu. Mereka mengalami pembersihan etnis atau genosida yang dilakukan oleh tentara Myanmar maupun warga Rakhine.
ADVERTISEMENT
KTM OKI ke-45 di Dhaka akan bertemakan 'Nilai-nilai Islam untuk Perdamaian, Solidaritas, dan Pembangunan Berkelanjutan', ditujukan untuk membahas nasib pengungsi Rohingya tersebut.
Sementara untuk hasil akhir KTM OKI diharapkan Arrmanatha dapat menyepakati 118 resolusi. Beberapa yang menjadi fokus delegasi Indonesia adalah terkait proses pengambilan keputusan dalam proses kerja OKI.
"Bagaimana OKI untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan transparansi dalam pengambilan keputusan kerjanya OKI sendiri. Itu yang akan menjadi fokus Indonesia. Selama ini banyak sekali hal-hal yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan dalam proses pengambilan keputusan," tutupnya.