Parlemen Lebanon Akan Segera Gelar Sesi untuk Tunjuk Presiden Baru

27 September 2022 18:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Michel Aoun, Presiden Lebanon Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo
zoom-in-whitePerbesar
Michel Aoun, Presiden Lebanon Foto: REUTERS/Mohamed Azakir/File Photo
ADVERTISEMENT
Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, menyerukan sesi untuk memilih pengganti Presiden Lebanon, Michel Aoun, pada Kamis (29/9).
ADVERTISEMENT
Aoun melesat ke tampuk kekuasaan setelah parlemen tidak dapat menyepakati calon presiden selama 29 bulan. Kebuntuan tersebut berakhir dengan rentetan kesepakatan yang menjamin kemenangan bagi Aoun dan sekutu kuatnya yang didukung Iran, Hizbullah.
Masa jabatan enam tahun Aoun itu akan berakhir pada 31 Oktober 2022. Kendati demikian, partai-partai politik besar belum mengesahkan calon resmi menjelang pilpres mendatang. Para politikus lantas menyuarakan keprihatinan tentang kebuntuan politik.
"Berri menyerukan sidang diadakan pada pukul 11:00 pada Kamis 29 September 2022 untuk memilih presiden," bunyi pernyataan kantor Berri, dikutip dari AFP, Selasa (27/9).
Sesi tersebut akan menandai upaya pertama anggota parlemen dalam menunjuk kepala negara baru seiring krisis keuangan semakin mencengkeram Lebanon. Bank Dunia telah menggambarkan krisis itu sebagai salah satu yang terburuk di zaman modern.
Seorang warga memberikan suara dalam pemilihan parlemen Lebanon, di sebuah tempat pemungutan suara di Ainata, Lebanon, Minggu (15/5/2022). Foto: Aziz Taher/REUTERS
Parlemen mungkin akan membutuhkan sejumlah sesi sebelum menunjuk presiden lantaran tidak adanya kompromi antara para politikus yang terpecah belah. Dalam beberapa pekan terakhir, nama-nama calon potensial setidaknya mulai beredar di Istana Baabda.
ADVERTISEMENT
Partai Free Patriotic Movement (FPM)—yang didirikan Aoun dan dipimpin menantunya, Gebran Bassil—mungkin akan bersaing dengan Partai Lebanese Forces (LF) yang dipimpin Samir Geagea.
Sejumlah media lokal menilik potensi terpilihnya Bassil dan Geagea. Tetapi, para ahli berpendapat bahwa mereka mendapati sedikit peluang untuk menempati peran tersebut.
"Mereka menghindari mendukung seseorang karena mereka ingin mencari kandidat yang bisa disetujui semua orang," terang editor senior di Malcolm H. Kerr Carnegie Middle East Centre, Michael Young, dikutip dari The New Arab.