news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pasien Corona dengan Penyakit Ginjal Paling Berisiko Meninggal Dunia

16 Desember 2020 16:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dewi Nur Aisyah, Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19. Foto: BNPB
zoom-in-whitePerbesar
Dewi Nur Aisyah, Tim Pakar Gugus Tugas COVID-19. Foto: BNPB
ADVERTISEMENT
Pasien corona dengan komorbid (penyakit penyerta) masih menjadi momok tingginya tingkat kematian di Indonesia. Memiliki satu penyakit komorbid saja, risiko kematiannya pun juga kian bertambah.
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas COVID-19, Dewi Nur Aisyah, mengungkapkan pasien dengan penyakit ginjal memiliki risiko 13,7 kali lipat kematian akibat corona di Indonesia.
"Beberapa jenis komorbid yang dimiliki dengan risiko kematian yang berbeda. Pertama, yang paling tinggi di Indonesia justru risiko kematian ditemukan pada mereka yang komorbid penyakit ginjal," ucap Dewi dalam diskusi di YouTube BNPB, Rabu (16/12).
Dewi menjelaskan, secara jumlah, pasien dengan komorbid hipertensi memang lebih banyak ditemukan dalam kasus di Indonesia. Namun, jika dilihat pada risiko kematiannya, maka pasien dengan penyakit ginjal yang lebih berisiko.
Cukup minum air dapat membantu menjaga kesehatan ginjal Foto: Thinkstock
"Tapi kalau risiko untuk meninggalnya, ternyata lebih tinggi mereka yang punya penyakit ginjal. Banyak risikonya 13,7 kali lipat. (Pasien dengan komorbid) jantung (di posisi) kedua, dengan 9 kali lipat. Diabetes mellitus ketiga dengan 8,3 kali lipat, hipertensi dengan penyakit imun sama, 6 kali lipat risikonya," kata Dewi.
ADVERTISEMENT
Dewi mengakui risiko kematian memang lebih tinggi pada pasien corona dengan komorbid, dibandingkan mereka yang tidak berkomorbid. Risiko kematian akan semakin meningkat apabila penyakit penyertanya lebih dari 1 jenis.
Analisis kematian akibat COVID-19 berdasarkan usia dan riwayat komorbid. Foto: Satgas COVID-19
"Ketika punya komorbidnya satu, dibandingkan dia yang enggak punya komorbid, ini risikonya 6,5 lipat kali lebih tinggi. 1 komorbid aja. Sedangkan yang 2 komorbid, misalnya gabungan hipertensi dan diabetes, ini risiko kematian naik 15 kali lipat dibandingkan yang enggak punya komorbid. Yang 3 lebih komorbidnya, risiko kematian naik 29 kali lipat untuk risiko kematiannya," jelasnya.
Sementara itu, dari segi kelompok usia, Dewi menyebut pasien berusia 60 tahun ke atas masih menjadi kategori yang memiliki risiko kematian tertinggi, dengan 19,5 persen. Kemudian diikuti kelompok usia 46-59 tahun dengan 8,5 kali lipat berisiko.
ADVERTISEMENT
"Yang 19-30 tahun ini risikonya kematiannya dibandingkan yang 60 tahun 20 kali lebih tinggi dari mereka yang berusia muda. Usia 46-59 tahun ini risiko kematiannya juga 8,5 kali lipat lebih tinggi dari mereka yang usianya muda 19-30 tahun. Jadi ini harus diwaspadai," tutup dia.