Pasien Corona Sembuh Tercatat Wafat, Dinkes Denpasar Bantah Petugas Tak Kompeten

15 September 2021 13:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Simulasi penanganan pasien yang diduga terinfeksi virus Corona di RSUP Sanglah Denpasar, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Simulasi penanganan pasien yang diduga terinfeksi virus Corona di RSUP Sanglah Denpasar, Bali. Foto: Denita br Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Penyintas pasien corona berinisial JG di Kota Denpasar tercatat meninggal di aplikasi New All Record (NAR) atau sistem big data Kemenkes, padahal saat ini ia telah sembuh.
ADVERTISEMENT
Polresta Denpasar menyimpulkan kesalahan tersebut disebabkan petugas atas nama Kadek Mitha Sari Pradnyani lalai, tak berkompetensi, dan tak memiliki surat tugas.
Kepala Dinkes Kota Denpasar Ni Luh Sri Armini membantah kesimpulan tersebut. Menurutnya, petugas merupakan lulusan Sarjana Kesejahteraan Masyarakat (SKM). Namun, Armini tak mau berkomentar mengenai surat tugas Mitha sebagai petugas survailance Satgas COVID-19 Kota Denpasar.
"Kalau menurut yang (saya) sih sesuai ya dia kan SKM, Sarjana Kesejahteraan Masyarakat, dan bisa komputer juga," jelasnya kepada wartawan, Rabu (15/9).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar Ni Luh Sri Armini. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Ia menegaskan, kesalahan terjadi karena human error. Petugas memiliki beban tinggi untuk merekapitulasi data pasien COVID-19 setiap hari. Atas kesalahan ini, Dinkes Kota Denpasar tak memberi sanksi kepada Mitha. Armini pun meminta masyarakat memaklumi karena beban kerja yang berat.
ADVERTISEMENT
"Biasa karena manusia error, karena banyak tugasnya, bebannya tinggi dan itu sudah koordinasi dengan pusat, begitu ada info dari polisi dan langsung kita tindak lanjuti, kan sudah berubah statusnya (dari kasus meninggal jadi sembuh)," kata dia.
Armini mengakui kesalahan memasukkan data pasien ke aplikasi bukan pertama kali terjadi. Hal ini karena penyesuaian pelaporan data COVID-19 dari web single sign-on (SSO) menjadi NAR.
Warga dan wisatawan mengenakan masker di kawasan Pantai Sanur, Denpasar, Bali, Selasa (17/) Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Armini tak bisa memastikan apakah kesalahan tersebut bakal terjadi lagi atau tidak. Sebab, kesalahan merekapitulasi data tak bisa dihindari karena beban kerja yang tinggi dan berat. Ia mengatakan, Dinkes Bali hanya bisa menambah personel dan memastikan petugas lebih teliti saat merekapitulasi data pasien.
"Karena kita paham bagaimana bebannya mereka, jadi tidak menyalahkan saja kita lihat bebannya dan sebagainya, namanya manusia bisa saja salah klik tapi sistem, tidak bisa langsung ngomong dengan sistem kan? harus berkoordinasi," kata dia.
Petugas berdoa sebelum proses kremasi jenazah pasien COVID-19 di Krematorium Sagraha Mandra Kantha Santhi, Desa Bebalang, Bangli, Bali. Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Denpasar Kompol Mikael Hutabarat belum mengungkap sanksi atau rekomendasi terhadap Dinkes Kota Denpasar atas peristiwa ini.
ADVERTISEMENT
"Masih pendalaman kalau sudah selesai akan dirilis, biar enggak sepotong-potong informasinya," kata dia.
Seperti diketahui, JG dinyatakan positif corona pada 24 Agustus lalu. Ia lalu menjalani isolasi terpusat (isoter) di Hotel Prime Biz Kuta.
Pada 3 September, JG telah dinyatakan sembuh dan diizinkan pulang ke rumahnya di Kabupaten Buleleng, Bali. Namun pada 7 September, ia mendapat kabar dari kantor telah dinyatakan meninggal dunia karena COVID-19.