
Serangan pertama melanda sebuah kamp pengungsi di Jenin. Pertempuran itu menewaskan dua orang dan mencederai lima lainnya. Kerumunan pelayat kini berkumpul untuk menghadiri pemakaman terpisah dari korban jiwa dalam serangan tersebut.
Salah satu warga yang tewas dalam serangan itu adalah seorang dokter bernama Abdullah Al-Ahmad. Sayap bersenjata dari Partai Fatah mengatakan, pria tersebut adalah seorang komandan yang tewas setelah bentrokan bersenjata dengan pasukan Israel.
Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, turut berduka atas kematian Ahmad. Shtayyeh mengatakan, para tentara menembakinya saat dia sedang berusaha menyelamatkan korban.
"[Ahmad] meninggal dunia karena luka tembak yang menembus kepalanya, ditembakkan oleh tentara pendudukan," tulis pernyataan kementerian Palestina, dikutip dari AFP, Sabtu (15/10).

Seorang warga lainnya yang tewas adalah Mateen Debaya. Kelompok militan Hamas yang menguasai Jalur Gaza menyebut pria itu sebagai seorang pejuang. Otoritas Palestina menjelaskan, Ahmad ditembak di luar rumah sakit pemerintah yang terletak di tepi kamp.
Selang beberapa jam kemudian, tentara Israel membunuh seorang pemuda Palestina, Qais Shajaeyah. Pria berusia 23 tahun itu dikatakan menembaki pemukiman Beit El di Tepi Barat yang diduduki. Israel sedang memburu seorang tersangka lainnya yang melarikan diri.
"Seorang Palestina menembak ke arah Beit-El, melukai salah satu warganya, dan ditembak mati oleh tentara Israel yang berada di daerah itu," ujar juru bicara pasukan Israel.
Sedang memuat...
0 01 April 2020
S
Sedang memuat...
Israel menduduki Tepi Barat sejak Perang Enam Hari pada 1967. Sejak awal tahun ini, setidaknya 160 warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki, termasuk 51 warga Palestina yang tewas selama serangan di Jalur Gaza pada Agustus.
Selama beberapa bulan terakhir, pasukan Israel pun menggencarkan serangan nyaris setiap harinya di Tepi Barat yang diduduki. Gempuran tersebut berpusat pada Kota Jenin dan Nablus. Tentara Israel telah merenggut puluhan nyawa selama rangkaian serangan itu.

Perlawanan bersenjata lantas tumbuh di Jenin dan Nablus. Ribuan orang turut melangsungkan aksi protes sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur. Unjuk rasa tersebut meletus pada Jumat (14/10).
"Palestina menyatukan kami, Yerusalem adalah milik kami, Kami akan membela Yerusalem dengan tangan dan jiwa kami," tulis spanduk para pengunjuk rasa, dikutip dari Al Jazeera.
Warga mengaku menggelar protes tersebut untuk menunjukkan dukungan kepada orang-orang di wilayah pendudukan, sehubungan dengan gelombang kekerasan baru-baru ini.
"Kami tidak akan diam atas tindakan Israel terhadap kami. Kami adalah satu bangsa dan satu penderitaan, dan protes kami hari ini adalah penegasan persatuan kami dalam menghadapi pendudukan," ungkap warga berusia 60 tahun dari Kota Khan Yunis, Abu Sufyan Muhammad.
Pejabat Hamas, Mosheer Al-Masry, menganggap protes sebagai penegasan atas persatuan semua orang Palestina. Aksi tersebut menyusul kesepakatan rekonsiliasi yang ditandatangani oleh faksi-faksi yang bersaing di Palestina pada Kamis (13/10).
"Tepi Barat dan Yerusalem memasuki fase baru yang menunjukkan kepada pendudukan Israel bahwa perjuangan bersenjata adalah pilihan rakyat kami," tegas Al-Masry.