Pasukan Israel Tembak Remaja Palestina hingga Tewas saat Bentrokan di Tepi Barat

6 November 2021 1:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
ADVERTISEMENT
Wilayah Tepi Barat kembali berdarah saat adanya protes mingguan terhadap perluasan permukiman Israel di Desa Deir al-Hatab, timur Nablus, Jumat (5/11) waktu setempat. Dalam kejadian ini, seorang warga Palestina berusia 13 tahun terluka parah akibat tembakan tentara Israel.
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, remaja bernama Mohammed Daadas itu akhirnya meninggal di rumah sakit setelah ditembak di perut saat bentrokan.
"Kerusuhan terjadi di rute yang berdekatan dengan komunitas Elon Moreh," jelas Kementerian Kesehatan Palestina dikutip dari AFP. Pasukan Israel merespons dengan cara pembubaran kerusuhan melalui tembakan langsung ke orang-orang yang melempar batu ke tentara.
Demonstran Palestina menggunakan ketapel melawan pasukan Israel saat protes terhadap pemukiman yang diduduki Israel di Beita, di Tepi Barat. Foto: Mohamad Torokman/Reuters
Sementara, tentara Israel yang dihubungi AFP mengatakan, sedang meninjau insiden itu.
Hari Jumat sering ditandai dengan protes di Tepi Barat terhadap perluasan permukiman Israel yang oleh sebagian besar masyarakat internasional dianggap ilegal.
Lima warga Palestina lainnya terluka pada Jumat dalam bentrokan di Desa Beita dan Beit Dajan, menurut kantor berita Palestina, Wafa.
Penduduk Beita telah berjuang selama berbulan-bulan untuk mengusir pemukim Israel dan militer dari puncak bukit di tanah desa.
ADVERTISEMENT
Bentrokan itu terjadi beberapa hari setelah Israel mengumumkan akan memajukan rencana untuk 3.000 lebih banyak rumah bagi pemukim Yahudi di Tepi Barat, meski ada kritik internasional.
Seorang demonstran memegang bendera Palestina di depan pasukan Israel dalam sebuah protes terhadap permukiman Yahudi dekat Beit Jala di Tepi Barat yang diduduki Israel, Minggu (8/9). Foto: REUTERS/Mussa Qawasma
Israel juga telah memajukan sebuah proyek untuk membangun sekitar 1.300 rumah bagi warga Palestina di Tepi Barat, tetapi para kritikus mengatakan, langkah itu adalah upaya untuk menangkis kecaman global atas pembangunan permukiman.
Orang-orang Palestina memandang Tepi Barat, yang direbut Israel dalam Perang Enam Hari 1967, sebagai bagian dari negara masa depan, sementara orang-orang Israel, termasuk Perdana Menteri Naftali Bennett, mengatakan, wilayah itu adalah jantung sejarah Yahudi.
Sekitar 475.000 pemukim Israel sekarang tinggal di komunitas berbenteng di Tepi Barat, yang merupakan rumah bagi lebih dari 2,8 juta warga Palestina.
ADVERTISEMENT
Bennett telah mengesampingkan pembicaraan damai formal dengan Otoritas Palestina (Palestinian Authority/PA), dengan mengatakan, lebih memilih untuk fokus pada perbaikan ekonomi.
Perdana Menteri Israel, Naftali Bennet. Foto: ABIR SULTAN / POOL
Meski Bennett adalah mantan pemimpin dalam gerakan permukiman, koalisinya, termasuk anggota parlemen anti-pendudukan di Palestina.
Pemerintahannya yang menggulingkan perdana menteri lama, Benjamin Netanyahu, telah bersatu meski bertentangan ideologi, dengan menghindari isu-isu panas termasuk masa depan wilayah Palestina.
Pada Jumat, pemerintah Israel mendapat persetujuan parlemen atas anggaran 2021 dan 2022, membawa stabilitas kondisi politik di negara tersebut.
Sementara Palestina memiliki sedikit kepercayaan pada pemerintah mereka. Sebuah survei bulan lalu oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina menemukan, 80 persen responden menginginkan Presiden Mahmud Abbas mengundurkan diri.