Pasukan Keamanan Iran Bentrok dengan Pengunjuk Rasa di Sejumlah Provinsi

19 Mei 2022 19:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Polisi saat kejadian penembakan di Tehran, Iran. Foto: Tasnim News Agency via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Polisi saat kejadian penembakan di Tehran, Iran. Foto: Tasnim News Agency via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pasukan keamanan Iran menembakkan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa anti-pemerintah di sejumlah provinsi negara itu pada Kamis (19/5/2022).
ADVERTISEMENT
Rekaman yang beredar di media sosial menunjukkan, bentrokan hebat terjadi di kota-kota termasuk Farsan di Iran tengah. Polisi anti huru hara terlihat menembakkan peluru tajam ke arah demonstran.
Pasukan keamanan juga menggunakan gas air mata dan tongkat baton untuk membubarkan para pengunjuk rasa di Shahr-e Kord dan Hafshejan.
"Jangan takut, jangan takut, kita bersama-sama," teriak para demonstran di Dezful.
Para demonstran tersebut memprotes kenaikan harga pangan yang semakin menyebar ke seantero negeri.
Warga Iran berjalan menyusuri pasar saat kenaikan harga melanda di Teheran, Iran, Selasa (17/5/2022). Foto: Majid Asgaripour/WANA via Reuters
Pekan lalu, sejumlah warga Iran juga turun ke jalan setelah pemerintah memangkas dana subsidi. Langkah itu menyebabkan harga bahan pokok berbasis tepung melonjak hingga 300 persen.
Protes kemudian berubah menjadi agenda politik dengan cepat. Kerumunan mulai menyerukan diakhirinya Republik Islam. Mereka menggemakan kembali kerusuhan yang juga dipicu kenaikan harga bahan bakar pada 2019.
ADVERTISEMENT
Rekaman media sosial menunjukkan, setidaknya enam orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam bentrokan beberapa hari terakhir. Hingga kini, belum ada pernyataan resmi mengenai jumlah korban tewas.
"Pertemuan ilegal tidak dapat ditoleransi dan akan dihadapi," kata pejabat senior polisi, Qasem Rezai.

Kebangkitan Protes 2019

Pengunjukrasa pro-pemerintah Iran menghadiri demonstrasi di Teheran, Iran 25 November 2019. Foto: REUTERS
Pemerintah menggambarkan protes warga yang digelar pekan lalu sebagai pertemuan kecil. Meski demikian, media pemerintah Iran melaporkan, aparat keamanan telah menangkap puluhan orang yang terlibat dalam aksi tersebut.
Penangkapan itu berangkat dari kekhawatiran penguasa Iran akan kebangkitan protes pada 2019. Protes itu merupakan aksi sipil paling berdarah dalam sejarah Republik Islam.
Pihak berwenang masih menolak mengakui jumlah korban tewas dalam kerusuhan tersebut. Amnesty International melaporkan, korban tewas mencapai 300 orang. Sedangkan data Reuters melaporkan sebanyak 1.500 korban.
ADVERTISEMENT
Di tengah kekhawatiran itu, pemerintah malah semakin membuat warga marah. Pemerintah memotong subsidi untuk barang-barang pokok termasuk minyak goreng dan produk susu.
Pemerintah mengeklaim langkah itu adalah redistribusi yang adil dari subsidi kepada masyarakat berpenghasilan rendah.
Akibat pemotongan subsidi tersebut, pengunjuk rasa semakin memperluas tuntutan mereka. Demonstran menyerukan lebih banyak kebebasan politik. Mereka juga mendesak diakhirinya Republik Islam.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Foto: REUTERS/Morteza Nikoubazl
Protes teranyar mencerminkan kejadian lampau itu. Pengunjuk rasa terlihat membakar foto-foto otoritas tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Mereka meneriakkan 'Kami tidak ingin aturan para ulama' sambil menyerukan kembalinya putra shah Iran yang digulingkan, Reza Pahlavi. Dia mundur ke dalam pengasingan usai penggulingan ayahnya.
Pahlavi telah menanggapi seruan itu melalui rekaman yang diunggah ke Twitter. Dia menyerukan persatuan masyarakat demi kebebasan Iran. Pahlavi juga menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban yang tewas selama kerusuhan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan angka resmi, hampir setengah dari 85 juta penduduk Iran hidup di bawah garis kemiskinan. Kondisi saat ini juga memburuk dengan meningkatnya inflasi dan pengangguran, serta kemerosotan mata uang nasional
Penulis: Sekar Ayu.