news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pasutri di Taiwan Dituntut Akibat Suap Pemilik Suara dengan Tes COVID-19 China

29 November 2022 14:07 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Palu Sidang. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Palu Sidang. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sepasang suami istri di Taiwan menghadapi berbagai dakwaan pada Senin (28/11). Mereka diduga menyuap pemilik suara dengan tes COVID-19 dari China menjelang pemilu lokal pada 26 November lalu.
ADVERTISEMENT
Chiu Jui-lien mencalonkan diri sebagai kepala wilayah di Taipei. Dia dan suaminya didakwa kantor kejaksaan Distrik Shihlin.
Mereka mendapatkan pasokan tes corona itu dari Zona Eksperimen Komprehensif Pingtan (PCEZ) di Provinsi Fujian, China.
Kawasan tersebut didirikan guna meningkatkan pembangunan regional serta ikatannya dengan Taiwan pada 2009.
Pasangan ini mengimpor 6.000 tes corona dari PCEZ melalui 60 entitas palsu untuk mendapatkan izin pemerintah Taiwan. Mereka kemudian menawarkan tes itu kepada para penduduk.
Sebagai imbalan, mereka meminta suara dukungan dalam pemilu. Pada akhirnya, Chiu kalah dalam pemilu lokal tersebut.
Ilustrasi hasil tes PCR COVID-19. Foto: Shutter Stock
Mereka menjadi orang pertama yang didakwa melanggar undang-undang 'anti-infiltrasi' yang ditujukan melawan pengaruh China. UU itu didorong partai Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, pada 2019.
ADVERTISEMENT
Aturan tersebut melarang pihak asing yang 'bermusuhan' untuk berkampanye, melobi, memberikan sumbangan politik, atau menyebarkan disinformasi terkait pemilu Taiwan.
"[Pasangan ini] dibiayai oleh sumber infiltrasi," terang jaksa penuntut, dikutip dari AFP, Selasa (29/11).
"Dakwaan bertujuan memastikan bahwa pemilu tidak akan disusupi dan diintervensi oleh pasukan musuh asing untuk menjaga lingkungan pemilu yang adil," lanjutnya.
Taiwan melangsungkan pemilu tersebut untuk memilih wali kota, kepala daerah, dan anggota dewan lokal demi membahas masalah domestik seperti kejahatan dan pandemi COVID-19.
Sehingga, mereka yang terpilih tidak akan memiliki wewenang langsung tentang kebijakan terkait China. Beijing mengeklaim pulau tersebut sebagai bagian dari wilayahnya.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memberikan pidato usai menjalani pelantikan di Taipei, Taiwan, Rabu (20/5). Foto: Wang Yu Ching/Taiwan Presidential Office/Handout via REUTERS
Walau begitu, Tsai menggambarkan pemilu itu sebagai lebih dari sekadar pemungutan suara lokal. Dia mengatakan, dunia sedang menyaksikan bagaimana Taiwan akan mempertahankan demokrasinya di tengah ketegangan militer dengan China.
ADVERTISEMENT
Beijing mengambil sikap yang lebih agresif terhadap Taiwan di bawah Presiden China, Xi Jinping. China meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi di Taipei sejak terpilihnya Tsai pada 2016.
Dalam pemilu lokal ini, Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa mengamankan hanya lima kota dan kabupaten. Sementara itu, partai oposisi utama Kuomintang yang bersahabat dengan China meraih 13 dari 21 kursi yang diperebutkan, termasuk Taipei.
Tsai lantas mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Ketua DPP. Tetapi, dia akan tetap menjadi presiden sampai masa jabatan empat tahun kedua dan terakhirnya berakhir pada Mei 2024.